Mampu Menjinakkan Penyakit Kritis dan Membuka Aura
Ketika ditemui di tempat praktiknya, Jln. Kalibata Timur No. 1, RT 11/04 Rawajati Barat, ia menuturkan, kelebihan yang dimiliki berawal dari sakit aneh yang dideritanya ketika berumur 8 Tahun. Pada usia tersebut, Jeng Ana-begitu Ina Sofyana kerap disapa-sering tak sadarkan diri. Bahkan, dokter yang memeriksanya pun tidak tahu, apa penyakit yang ia derita. Padahal, kondisi badannya sudah sangat kurus, tinggal kulit pembalut tulang. Rambutnya juga nyaris rontok semuanya.
Anehnya, dalam kondisi tak sadarkan diri, sukma Jeng Ana sering melanglang buana ke tempat-tempat ghaib di Gunung Lawu. Dalam pengembaraan ghaibnya, kadang Jeng Ana bertemu dengan seorang puteri cantik. Dan puteri cantik inilah yang memperkenalkan kepada Jeng Ana, berbagai jenis dedaunan yang memiliki khasiat tertentu. Termasuk akar-akar pohon dan aneka biji-bijian yang berkhasiat obat.
Dalam kurun waktu sekitar tiga bulan mengalami sakit dan tak sadarkan diri, tidak seorang pun yang tahu, sensasi ghaib yang dialami Jeng Ana. Satu-satunya orang yang memahami kondisi Jeng Ana saat itu hanyalah Mbah Khadam Sastroningrat, kakek Jeng Ana sendiri. Semasa hidupnya, Sang Kakek dikenal sebagai orang pintar yang bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Lantaran tidak ada yang mengetahui penyakit yang diderita Ana, baik dokter maupun orang pintar, kedua orang tuanya, Yasmin Rono Kromo dan Sutiyem sudah pasrah. Mereka lantas membiarkan Ana kecil tergolek di ranjang. Karena lama tak sadarkan diri, kedua orang tua dan para tetangga mengira Jeng Ana sudah dijemput Yang Maha Kuasa. “Kata Ibu, beberapa tetangga sudah mengaji di samping jasadku,” ungkapnya.
Namun, ketika para peziarah berniat memandikan jazadnya, tiba-tiba Sang Kakek datang dan mencegah orang yang berniat memandikan tubuh Ana yang mereka anggap sudah meninggal itu. “Andai kakek tidak datang, mungkin saya sudah dikubur hidup-hidup. Padahal saat itu saya sedang bercengkerama dengan seorang puteri yang sedang mengajarkan cara meracik tumbuhan dan berbagai tanaman obat,” urainya lagi. Mengetahui sikap tetangga seperti itu, oleh kakeknya, Jeng Ana diberi minum segelas air putih yang terlebih dahulu dibacakan doa. Tak lama setelah meminum segelas air, Ana pun mulai siuman.
Sebagai cucu terakhir, tentunya Jeng Ana sangat disayang oleh kakeknya. Sejak kecil, ia sudah diajarkan aneka pengobatan oleh kakeknya. Bahkan, kadang ia juga diajak untuk ikut bertapa di Gunung Lawu. Menurut kakeknya, puteri yang ditemui Jeng Ana selama tak sadarakan diri, adalah istri ghaib Sang Kakek yang bernama Emban Canthikawerti.
Emban Canthikawerti sangat menyukai Ana sehingga ia rela menunjukkan aneka tanaman obat dan mengajarkannya berbagai pola pengobatan. Pada tanggal 15 Juli 2002, kakeknya meninggal dunia dalam usia 125 tahun. Sebelum menghadap Tuhan, Sang Kakek berpesan agar Jeng Ana sudah harus menolong orang pada usia 30 tahun. Sebelum berumur 30 tahun, Jeng Ana diminta untuk memperdalam ilmu pengobatan terlebih dulu.
Buka Praktik. Setelah tamat SMU tahun 1999, Jeng Ana merantau ke Jakarta untuk mengikuti sekolah kecantikan dan tanaman herbal di Kampus Karyasari. Dan, ketika berumur 30 tahun sesuai pesan kakeknya, Ana pun membuka praktik pengobatan alternatif. Metode pengobatan yang digunakan Jeng Ana terbilang unik. Yaitu melalui terapi bangkok dan mandi rempah-rempah.
Pola pengobatan yang dilakukan, sebelum menjalani terapi bangkok, Jeng Ana akan menanyakan terlebih dahulu tempat, tanggal lahir, dan nama orang tua. Semua data ini akan digunakan Jeng Ana untuk mendeteksi penyakit pasien. Setelah penyakit bisa dideteksi, Jeng Ana lalu menotok badan pasien untuk membuka pori-pori setelah diolesi minyak khusus.
Setelah itu, ia akan melakukan terapi bangkok untuk menutup pori-pori yang terbuka. Selanjutnya, pasien menjalani terapi mandi rempah-rempah. Sedangkan untuk pengobatan dalamnya, terutama guna membunuh kuman, Jeng Ana memberikan obat herbal hasil racikannya sendiri. Sudah banyak orang yang ditolong Jeng Ana melalui metode ini. Baik itu penyakit kanker, hipertensi, tumor, keputihan maupun penyakit lainnya. “Kebanyakan yang datang ke sini adalah orang yang sudah jenuh dan putus asa dengan pengobatan modern. Dan Alhamdulillah, dengan kuasa Allah, orang yang datang ke sini bisa sembuh,” beber wanita berkerudung ini.
Terapi Mandi Rempah. Mandi rempah bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Para puteri bangsawan dahulu selalu mandi rempah untuk menjaga kesegaran dan kecantikan. Tapi, mandi rempah yang diberikan Jeng Ana, sangat berbeda dengan mandi rempah kebanyakan. Sebab, mandi rempah Jeng Ana menggunakan ramuan khusus. Mengapa dikatakan khusus, karena ramuan ini tidak semata-mata berisi rempah-rempah pilihan, tetapi juga diberi energi atau aura ghaib.
Biasanya, sebelum ramuan diracik, Jeng Ana terlebih dahulu melakukan ritual berupa puasa mutih, sambil mengamalkan doa-doa tertentu. “Hal ini dimaksudkan agar ramuan nantinya benar-benar berkhasiat, sehingga orang yang mandi rempah-rempah ini bisa langsung merasakan perubahan,” urai wanita cantik ini.
Selain untuk menyembuhkan penyakit, terapi mandi rempah juga bisa membuka aura seseorang yang mengalami kesulitan dalam hidup. Seperti sulit mendapatkan pasangan dan pekerjaan. Menurut wanita berkulit putih ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan aura seseorang tertutup. Seperti stres, kelelahan, iri hati, dan dengki. Apabila seseorang dikuasai perasaan negatif tersebut, ia dikuasai aura hitam. Yaitu aura yang tinggal dalam diri seseorang karena mengalami sesuatu masalah. Padahal, aura dalam diri manusia biasanya digunakan untuk mencapai kesuksesan.
Jeng Ana juga menegaskan, cara pengobatannya tidak bersifat mistik. “Sebelum melakukan terapi, terlebih dahulu saya berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk minta kesembuhan. Dan, malamnya saya juga menjalani tahajud,” jelas wanita kelahiran 15 Juli 1978 ini seraya menutup pembicaraan. Doel
Side Bar I
Suyami (60), Penjual Sayur
Sembuh dari Komplikasi Diabetes, Asam Urat, dan Pengapuran Tulang
Dalam kurun waktu 20 tahun, usaha saya memang berjalan lancar. Namun sejak dua tahun belakangan, pekerjaan saya mulai terganggu. Satu tahun belakangan, saya sering sakit-sakitan. Saya sering mengalami capek dan pegal-pegal. Tulang rasanya mau lepas semua. Awalnya biasa saja. Saat mulai merasa sakit, saya langsung beli obat di warung. Seperti tolak angin atau berobat jalan. Saya pikir ini sakit biasa. Jadi, nanti juga sembuh sendiri. Eh, tak tahunya makin hari malah makin parah.
Merasa penyakit saya mulai mengganggu, saya langsung melakukan pemeriksaan ke dokter. Setelah diperiksa dokter, diketahui saya mengidap beberapa penyakit. Seperti asam urat, pengapuran tulang dan diabetes. Intinya, saya sudah menderita komplikasi. Sudah tak terhitung, berapa kali saya harus bolak-balik ke dokter sampai dirawat di rumah sakit. Saya sampai putus asa karena penyakit saya tak kunjung sembuh, tapi tambah parah.
Puncaknya, saya sama sekali tidak bisa melakukan aktivitas. Jangankan ke pasar, buat jalan saja sudah sangat sulit. Kalau shalat, tulang saya rasanya mau remuk. Saya hampir putus asa. Saya sudah pergi ke mana-mana. Sudah menyinggahi sejumlah tempat praktik dokter hingga praktik pengobatan alternatif, tapi belum ada dokter maupun ahli pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit saya.
Dalam keputusasaan, saya mendapatkan informasi dari salah seorang kerabat tentang Jeng Ana. Ke tempat Jeng Ana saja.
Tanpa pikir panjang, saya bersama suami langsung mencari alamat Jeng Ana. Setelah konsultasi dengan Jeng Ana, saya disarankan mengikuti prosedur pengobatan ala Jeng Ana, yaitu mandi rempah. Saya juga disarankan menjalani terapi bangkok, setelah itu minum ramuan herbal. Saat itu saya diberi beberapa ramuan herbal untuk mengobati penyakit komplikasi yang saya derita.
Alhamdulillah, baru satu minggu mengonsumsi ramuan Jeng Ana, penyakit saya sembuh total. Mukjizat memang. Tidak hanya asam urat saya yang sembuh, diabetes saya juga sembuh. Tapi, kata Jeng Ana, saya harus menjalani kontrol rutin. Fase ini digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh yang terlanjur rusak lantaran penyakit. Dengan demikian, penyakitnya tidak kambuh lagi.
Sekarang, saya sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Anjuran dari Jeng Ana, saya harus melakukan terapi puasa, yaitu dengan menjaga pola makan. Jeng Ana juga menganjurkan beberapa pantangan makanan selain terapi doa yang diberikannya. Doel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar