Rabu, 22 Juli 2009

Di Balik Kasus Antasari Azhar, Ketua KPK Non Aktif

Benarkah Hanya Cinta Segitiga?

Banyak sudah kasus yang membuktikan bahwa kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga, seringkali membawa kehancuran. Sebut saja kasus yang sempat menghebohkan antara Maria Eva seorang penyanyi dangdut dengan Yahya Zaini, seorang anggota DPR yang berakhir dengan pemecatan Yahya Zaini. Seorang dai kondang Aa Gym yang memilih menikah lagi dengan Teh Rini, yang kemudian membuat bisnis Aa Gym menurun. Seorang penyanyi Mayangsari yang berhasil merebut Bambang Trihatmodjo hingga rumah tangganya hancur berantakan. Dan yang terakhir adalah kasus Antasari yang diduga motif asmara sebagai salah satu pemicunya. Benarkah hanya cinta segitiga?


Narasumber1:
Ida Laksmiwati, Istri Antasari Azhar Ketua KPK Non Aktif
“Sebagai wanita biasa, saya merasa sedih”

Kiprah Antasari selama menjadi ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) memang banyak dielu-elukan orang. Melalui tangan dingin alumni Universitas Sriwijaya ini KPK banyak membongkar kasus-kasus korupsi berskala besar. Tak pelak Antasari dielu-elukan sebagai orang yang menjadi harapan pemberantasan korupsi di negeri ini. Demikian pula di mata keluarganya, Antasari lebih dari sekadar nakhoda.
Belakangan mendadak nama Ida Laksmiwati menjadi bahan perbincangan tatkala Antasari terseret dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang membawa-bawa nama perempuan bernama Rani Juliani yang dianggap sebagai pemicu terjadinya pembunuhan tersebut. Ada cinta terlarang yang melibatkan suaminya. Menanggapi berbagai spekulasi yang beredar di masyarakat, Ida tetap bersikukuh bahwa suaminya tak terlibat dengan segala persoalan yang dituduhkan kepadanya. “Saya sudah kenal dengan bapak puluhan tahun. Saya lebih percaya suami saya,” katanya saat ditemui di sebuah televisi swasta di Jakarta Barat.
Sebagai seorang istri dan manusia biasa, perempuan berambut panjang ini tetap merasa prihatin dan sedih dengan peristiwa yang kini menimpa suaminya. “Saya diminta sabar dan tabah. Selain itu bapak juga minta agar menjaga anak-anak,” tukasnya. Sebelum peristiwa ini terjadi dia mengaku tak memiliki firasat buruk apa pun, semua berjalan normal seperti biasa. Selama ini yang namanya teror baik lewat telepon maupun SMS sudah menjadi makanan Ida sehari-hari. Tatkala suaminya terseret kasus seperti sekarang ini pun, hal seperti itu tak berhenti, malah kian menjadi-jadi. “Hal seperti itu saya terima baik dari anak kecil hingga orang dewasa,” ungkapnya. “Tapi semua itu sudah saya anggap sebagai risiko istri,” tambahnya.
Tatkala disinggung nama Rani Juliani, Ida mengaku tak tahu menahu dengan perempuan tersebut. Dia kembali menegaskan lebih percaya suami daripada kabar yang simpang siur. “Bapak adalah penyayang keluarga. Meski tidak pulang dia selalu memberi kabar,” terangnya. Jika ada waktu luang tetap mnyempatkan diri berkumpul dengan keluarga.
Hal senada juga dikatakan tatkala dirinya keluar dari tahanan narkoba Polda Metro Jaya usai membesuk suaminya. Ida tak merasa kaget tatkala suaminya yang selama ini gagah berani menangkapi para koruptor kali ini malah memakai baju tahanan. “Masih untung pakai baju, daripada nggak sama sekali,” selorohnya. Selain menjalani pemeriksaan, Antasari memilih menghabiskan waktu dengan membaca buku sejarah dan agama. “Kita serahkan saja kasus ini pada para penegak hukum,” tukasnya. Benar kata orang bijak, setiap ada pertarungan yang menjadi korban adalah keluarga. Must, Erni


Narasumber2:
Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran yang Tewas Terbunuh

Sebelum Menikah dengan Nasrudin, Rani adalah Kekasih Antasari

Dugaan adanya cinta segitiga dalam kasus pembunuhan Nasrudin, disebut-sebut menjadi salah satu motifnya. Rani yang diketahui sebagai istri ketiga Nasrudin dari pernikahan sirinya, diduga juga mempunyai hubungan khusus dengan ketua KPK non aktif Antasari Azhar. Bagaimana tanggapan pihak keluarga Nasrudin terhadap munculnya nama Rani Juliani. Dan bagaimanakah hubungan antara Nasrudin dengan Antasari sebenarnya?

Seperti diberitakan sebelumnya, Nasrudin Zulkarnaen (41) direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) ditembak di dalam mobilnya saat perjalanan pulang selesai bermain golf, Sabtu 14 Maret 2009. Semasa hidupnya, Alm. Nasrudin memang hobi bermain golf. Bahkan ia kerap menjuarai berbagai turnamen yang diselenggarakan pihak Padang Golf Modernland, Cikokol Tangerang dimana ia menjadi salah satu membernya. Selain hobi, bermain golf biasa dijadikan Nasrudin sebagai ajang bertemu rekan bisnis. Beberapa kali Nasrudin pun pernah bermain golf bersama Antasari Azhar yang juga merupakan sesama anggota.
Menurut pengacara keluarga, Boyamin Saiman, Nasrudin memang sudah sejak lama berteman dengan Antasari. “Bahkan sejak sebelum Antasari menjadi pejabat negara,” katanya. Lebih lanjut Boyamin menjelaskan, mereka (Nasrudin dan Antasari, red) dilaporkan saling bertukar informasi tentang kasus yang terjadi di PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia, induk perusahaan PRB). Dalam perkembangannya, Nasrudin kecewa karena dalam kasus PT RNI, hanya direktur keuangan perusahaan tersebut yang ditetapkan sebagai tersangka. Hubungan pertemanan yang telah terjalin begitu lama ini akhirnya kandas juga. Pertemanan mereka rusak dan berakhir dengan pembunuhan. Tragisnya, faktor pemicunya adalah cinta segitiga antara Nasrudin, Antasari, dan Rani Juliani (22).
Sebelumnya, Nasrudin tertarik dengan Rani, seorang caddy (pengambil bola atau pembawa stik pemain golf) dari Padang Golf Modernland yang kerap menemaninya bermain golf. Namun, saat itu Rani dikabarkan sudah berhubungan dan menjadi kekasih Antasari. Karena butuh kejelasan, Rani lebih memilih Nasrudin yang mau menikahinya meski secara siri. Perseteruan terus berkembang saat Antasari menjalin hubungan diam-diam kembali dengan Rani yang saat itu statusnya adalah sebagai istri ketiga Nasrudin. Karena merasa dikhianati itulah Nasrudin menjadi marah kepada Antasari. Dia lalu mengancam akan membuka skandal asmara Antasari dengan Rani tersebut ke publik. Ancaman Nasrudin itulah tutur Boyamin, yang membuat Antasari panik hingga dia merasa perlu untuk meminta Nasrudin mengurungkannya jika tidak ingin mendapat masalah.
“Pak Nasrudin diancam untuk tidak membuka skandal tersebut ke publik. Mungkin sebagai pejabat, Antasari khawatir jika skandal itu mencuat akan mencoreng reputasinya atau bahkan dia akan diberhentikan. Karena itulah dia sampai mengancam pak Nasrudin agar tidak dipublikasikan,” kata Boyamin. Namun Boyamin tidak menjelaskan lebih lanjut lagi karena semuanya sudah ditangani polisi, termasuk semua bukti yang didapat dari pihak keluarga.
Ditemui realita di sebuah studio salah satu televisi swasta, Rabu (6/5) malam, Andi Syamsudin adik Alm. Nasrudin tidak mau menjelaskan bagaimana hubungan Nasrudin dan Antasari lebih lanjut. Ia hanya menjelaskan bahwa semua sudah ditangani pihak kepolisian. “Saya nggak mau berkomentar tentang hal itu, lebih baik cek saja ke polisi,” tuturnya singkat. Terkait keterangan data korupsi yang Nasrudin sampaikan ke KPK, Andi juga pernah mendengarnya. Namun ia enggan menjelaskan secara detail kasus apa saja yang dilaporkan. “Semasa hidupnya, ia (Nasrudin, red) pernah bercerita kepada saya tentang hal-hal tersebut. Tapi saya nggak bisa kasih tahu,” lanjutnya singkat. Menurut Andi, dugaan motif cinta segitiga yang mengaitkan Rani Juliani dinilainya sudah kebablasan. Pemberitaan tersebut dianggapnya cuma opini belaka. Bahkan, Andi sendiri tidak pernah mengenal sosok Rani itu seperti apa. “Saya tidak kenal siapa itu Rani. Terlebih saya tidak tahu status dia yang kabarnya sudah dinikah siri Almarhum,” paparnya. Berita yang berkembang saat ini adalah opini liar yang menyesatkan. Menurut Andi, dari pihak keluarga sendiri tidak terlalu menanggapi masalah itu.
Boyamin menambahkan bahwa istri kedua Nasrudin (istri sah Nasrudin karena istri pertamanya sudah dicerai) pernah bertanya kepada Alm. Nasrudin siapa itu Rani. Dan saat itu Rani dikenalkan sebagai anak angkatnya. “Pak Nas menjawab bahwa Rani adalah anak angkatnya,” ungkapnya kepada realita. Suparmin (34), sopir pribadi Nasrudin sejak Januari 2008 yang sedang bersama Nasrudin saat terjadinya penembakan juga mengatakan bahwa Nasrudin mengenalkan Rani kepadanya sebagai anak angkat. “Apalagi di rumah bapak (Nasrudin, red) juga ada anak angkat lainnya bernama Princes. Jadi saya percaya saja,” ujar Suparmin. Saat diperiksa polisi, Suparmin baru tahu kalau Rani dan Nasrudin sebenarnya telah menikah siri pada Juni 2007.
Sejak kematian Nasrudin, diakui Andi, keluarga besar mereka mengalami kesulitan ekonomi. “Kematian Almarhum adalah sebuah kepedihan,” lanjutnya. Sebagai anak ketiga dari sembilan bersaudara, Nasrudin adalah tumpuan perekonomian keluarga dan saudara-saudaranya.
“Soal penangkapan pelaku, kita sudah menduganya sejak lama. Pokoknya kita punya data yang sama dengan kepolisian,” aku Andi. Andi dan pihak keluarga hanya bisa menunggu keterangan dan perkembangan dari pihak kepolisian tentang kelanjutan kasus ini. Erni

Narasumber3:
Rani Juliani, Mantan Caddy

Kini Hidup Senang di Tempat Mewah

Nama Rani Juliani belakangan ini sangat akrab ditelinga kita. Semenjak kasus penembakan Nasrudin yang menyeret ketua KPK, Antasari Azhar, nama gadis cantik ini menjadi buah bibir di seluruh media dan menjadi wacana nasional. Kepergian Rani sekeluarga mengundang banyak tanda tanya. Bahkan di lingkungan sekitarnya. Menurut Neneng, salah satu tetangganya, keluarga Rani bukanlah asli warga Tangerang melainkan pendatang. Kedua orangtua Rani, Endang M. Hasan dan Kuswati berasal dari Banten. “Keluarga Rani pindah dan tinggal di Tangerang dari tahun 1981,” terangnya.
Rani merupakan putri ketiga dari empat bersaudara. Sebelum pensiun, ayahnya bekerja sebagai sopir di PT Tifico Tangerang. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak menentu membuat perempuan kelahiran 1 Juli 1986 itu tergerak untuk bekerja sejak duduk di bangku SMA.
Setelah lulus tahun 2003, Rani mendaftar pramugari atas saran sang ibu. Dengan harapan bisa membantu ekonomi keluarga. Sayangnya saat ikut test, Rani tidak lulus lantaran badannya kegemukan. Sebenarnya Rani ingin kuliah namun orangtuanya tidak punya biaya. Ia pun mengurungkan niatnya. Untuk membantu ekonomi keluarga, Rani pun melamar pekerjaan menjadi caddy (pemungut bola golf) di Padang Golf Modernland, Tangerang sekitar tahun 2005.
Caddy Termahal. Berkat wajahnya yang cantik dan manis, sosok Rani sebagai caddy langsung menyita perhatiaan para pemain golf. Hal ini membuat kecemburuan para caddy yang lain. Saat menjadi caddy, penghasilan resmi yang diterima Rani berkisar Rp 40 ribu, namun tips yang diterima bisa mencapai Rp 200 – 300 ribu sekali main. Pertemuan Rani dengan Zul, panggilan akrab Nasrudin Zulkarnaen, bermula dari lapangan golf. Saat itu Rani menjadi caddy di Padang Golf Modern, Kompleks Modernland, Pinang, Tangerang. Dari pekerjaan inilah Rani mengenal Nasrudin Zulkarnaen, yang sejak tiga tahun lalu menjadi member di Padang Golf Moderland. Di kalangan caddy di Modernland, Rani merupakan primadona di tempat golf tersebut.
Berkat wajahnya yang manis dan pembawaannya yang luwes, ia menjadi caddy favorit, terutama saat para pejabat bermain golf. Sebagian besar pejabat tersebut akan mem-booking Rani sebagai caddy. Padahal tips untuk Rani tidak bisa dibilang murah. Untuk sekali putaran, setiap pegolf harus merogoh kocek Rp 1 juta hingga Rp 3 juta rupiah. “Rani itu bisa dibilang caddy termahal,” ujar teman seprofesinya sebut saja Ita, bukan nama sebenarnya. Tugas Rani sebagai caddy adalah memandu golf di lapangan. Profesi menjadi caddy ini dilakoni oleh putri pasangan Endang M Hasan dan Kuswati ini selama dua tahun. Lalu ia berpindah ke bagian marketing.
Namun pada tahun 2006 Rani berhenti bekerja di Padang Golf. Rani yang juga memiliki nama samaran Tika ini kemudian dinikahi oleh Zul. Karena itu Rani kerap menjadi musuh di kalangan caddy. Meski tidak ditunjukkan secara real, para temannya tetap menjaga profesionalisme dalam bekerja. Setiap mendapatkan uang banyak atau pun sedikit, Rani selalu bilang kepada orangtuanya. Dari pekerjaan itulah, Rani bisa membantu keluarganya. “Karena kakak-kakaknya sudah pada pisah dan tinggal sendiri-sendiri,” aku Neneng sang tetangga rumah.
Dari pihak manajemen golf tidak melarang caddy-nya mendapatkan tips. “Pendapatan kita yang besar memang di tips,” terang Ita. Ada rumor bahwa caddy bisa di-booking, Ita hanya bisa menjawab bahwa semuanya itu bisa terjadi apabila ada kesepakatan di antara keduanya. “Itu tergantung orangnya masing-masing. Biasanya kalau sudah di luar jam kerja sih urusannya lain,” tambahnya. Untuk Rani, kemungkinan dia pandai mendekatkan diri pada para player (sebutan pemain golf, red) atau pandai membuat senang para player. Jadi jangan heran apabila Rani bisa dekat dengan para petinggi-petinggi tersebut. “Kalau sudah di lapangan sih, pinter-pinteran kita saja biar dapat tips banyak,” imbuhnya. Dengan seringnya Rani diminta untuk menjadi caddy-nya Nasrudin, selama itulah mereka melakukan pendekatan dan saling mengenal lebih jauh.
Nikah Siri. Hubungan Rani dan Nasrudin akhirnya makin akrab hingga keduanya dikabarkan menikah siri sejak berkenalan di lapangan golf tersebut. “Para tetangganya sempat dikabari ibunya, bahwa Rani telah menikah secara siri dengan seorang pilot,” ujar Neneng. Para tetangga mengenal sosok suami Rani dengan nama Zul bukan Nasrudin. Anehnya, usai menikah, Rani tetap tinggal di rumah keluarganya. Sedangkan Nasrudin hanya datang rata-rata 3 kali seminggu. Itu pun tidak menginap. “Om Zul nggak pernah nginap di rumah Rani, dia kalau datang ke rumah Rani hanya untuk jemput saja tapi tidak tahu nginapnya di mana. Bahkan dulu waktu selesai resepsi pernikahan, dia langsung pergi. Bilangnya sih mau terbang,” tambah Neneng.
Saat Rani menikah dengan Nasrudin, menurut Neneng tidak banyak orang yang diundang. “Kalau nggak salah dengar cuma 20 orang saja. Salah satunya pak RW setempat,” katanya. Yang diundang hanya tetangga samping rumahnya saja, bahkan ketua RT-nya saja tidak diundang. Dari pihak Nasrudin sendiri tidak ada satu pun keluarga maupun koleganya yang datang. Nasrudin hanya datang seorang diri.
Saat melangsungkan penikahan, Nasrudin memberikan mas kawin berupa seperangkat alat shalat dan uang tunai sebesar Rp 7 juta. “Mas kawinnya hanya itu,” ujar Parno Sonjaya, saksi pernikahan siri itu. Menurut Parno, akad nikah dilakukan pukul 8.00 pagi dan bapaknya Rani yang langsung menikahkan.
Sebagai suami, Nasrudin benar-benar memanjakan istri sirinya ini. Setelah menikah, Rani tidak boleh bekerja sebagai caddy dan memberinya pekerjaan di salah satu perusahaan milik Nasrudin dengan posisi manager. Sayang, tidak lama dan Rani memutuskan untuk berhenti. Rani lantas melanjutkan kuliah atas biaya Nasrudin di Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer Rahardja, Cikokol, Tangerang. Namun juga tidak lama. Baru satu semester, Rani sudah tidak pernah terlihat lagi di kampus. Rani juga tidak terlalu akrab bergaul dan tidak ada satu pun temannya yang diberikan nomor HP. Teman-temannya hanya tahu, Rani anak orang kaya karena selalu diantar sopir pulang-pergi kampus.
Sebelum menikah dengan Nasrudin menurut Neneng, keluarga Rani tergolong biasa-biasa saja namun kehidupan keluarga Rani berubah drastis setelah Rani menikah dengan Nasrudin. “Sejak menikah dengan Nasrudin gaya hidup ibunya berubah seperti pakai pakaian yang bagus dan Rani sering gonta ganti handphone,” ungkap Neneng lagi.
Rani dikenal di lingkungannya sebagai anak yang kuper (kurang pergaulan), hampir tidak ada teman seusianya baik teman pria maupun wanita yang bergaul dengannya. “Rani itu tidak pernah bergaul sama anak-anak sini, kebanyakan teman-temannya dari luar daerah sini,” tambah Een.
Tinggal Nomaden di Apartemen. Sejak kasus kematian Nasrudin mencuat, tiba-tiba saja Rani dan kedua orangtuanya hilang tak berjejak. Begitupula dengan Erwin dan Eeng, kakak Rani yang tinggal tak jauh dari rumah Rani. Sampai saat ini keberadaan Rani dan keluarganya masih simpang suir, ada yang bilang diamankan oleh polisi di sebuah aparteman dan ada pula yang bilang Rani sembunyi di rumah kakeknya di Serang. Menghilangnya Rani dan keluarga diduga kuat terkait dengan tewasnya Nasrudin.
Terbunuhnya Nasrudin bagi tetangga Rani tentu merupakan berita yang sangat mengejutkan. Pasalnya, wajah Nasrudin yang diberitakan di media sangat familiar terutama di kalangan warga dan tetangga. Mereka pun mengetahui sosok Nasrudin hanya sebagai seorang pilot. “Saya benar-benar kaget kalau om Zul itu ternyata Nasrudin seorang direktur,” ungkap Neneng.
Lanjut Neneng, Rani sekeluarga meninggalkan rumah sejak Senin 16 Maret 2009 malam. “Selasa pagi rumah Rani sudah kosong. Nggak ada pesan apa-apa,” ujarnya. Sementara itu, Rani telah lebih dulu meninggalkan rumah. Sejak itulah rumah tersebut tanpa penghuni hingga sekarang. Tambah Neneng, sebelum mereka pergi, ada segerombolan pria dengan dua buah mobil datang dan membawa mereka. “Nggak tahu itu siapa,” ucapnya singkat.
Namun selang seminggu, Neneng mendapat kabar dari kakaknya Rani bahwa Rani dalam keadaan sehat dan senang. Begitu juga dengan kedua orangtuanya. Rani tinggal di sebuah ruangan yang mewah bak hotel atau apartemen. “Saya dikasih tahu rekaman video yang isinya ruangan mewah dan ada Rani sedang makan sambil tertawa-tawa. Kelihatannya senang banget tuh anak. Terus ke mana-mana Rani selalu dikawal 7 orang berbadan tegap,” paparnya.
Keberadaan Rani sekeluarga memang hanya pihak kepolisian saja yang mengetahuinya. Rani selalu berpindah-pindah tempat tinggal apabila sudah tercium keberadaannya. Hingga sekarang Rani masih dalam pencarian wartawan bukan kepolisian. Ardi, Doel

Side Bar:
Pendapatan yang Minim Memunculkan Caddy Plus
Santernya pemberitaan kasus penembakan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen beberapa hari terakhir ini yang menyeret nama Rani Juliani mantan caddy di Padang Golf Modern, Kompleks Modernland, Pinang, Tangerang membuat profesi caddy ini mendapat stigma miring. Seperti apakah profesi caddy, hingga profesi itu menjadi tercemar namanya?
Dalam olah raga golf keberadaan seorang caddy memang sangatlah penting. Semula, profesi caddy hanya dijalani oleh pria. Caddy bertugas antara lain membawa peralatan golf, mengemudikan mobil golf, mencari posisi jatuhnya bola, melindungi pegolf dari terik matahari dengan menggunakan payung. Dan kadangkala, bagi caddy yang memiliki jam terbang tinggi juga mampu memberikan pelatihan kepada pemain golf pemula. Guna memberikan servis yang baik, maka untuk menjadi seorang caddy diperlukan fisik yang kuat. Karena harus membawa peralatan golf yang berat di bawah terik matahari atau hujan, sambil berjalan kaki.
Seiring dengan perkembangan zaman dan trik marketing, sekarang kebanyakan caddy adalah wanita, sebab wanita dianggap lebih luwes menangani klien dan komplain. Selain juga untuk menarik minat pegolf agar datang kembali. Alasan lain, saat ini persaingan bisnis antar klub-klub golf makin ketat sehingga pihak pengelola klub golf berlomba-lomba menggaet para pengunjung golf (golfer) dengan berbagai kiat bisnis. Seperti fitness center, lapangan tenis, sauna, lounge areas, dinning room, kolam renang, meeting room, dan lain sebagainya.
Di antara fasilitas pendukung tersebut, tak dapat dipungkiri kehadiran para caddy wanita di lapangan golf (golf court) yang dipekerjakan oleh para pengelola golf court menjadi ujung tombak untuk menggaet para golfer agar menjadi membership tetap di klub golf. Seorang caddy itu ibarat bunga berjalan. Mereka harus terus terlihat cantik dan menawan meski kerja di lapangan golf. Karena itu, banyak pengelola klub golf menyulap penampilan para caddy-nya menjadi menarik hingga seksi. Namun tidak semua caddy berpakaian seksi, ada juga pengelola golf court yang tidak mewajibkan para caddy berpakaian minim. “Yang penting terlihat enerjik, ceria, dan atraktif,” ujar salah satu pengelola golf court di Jakarta.
Meski demikian banyak fakta ditemukan caddy plus. Salah seorang sumber realita menyebut istilah hole 19, yaitu caddy yang dapat menemani tamu sehabis bermain golf. “Selain memayungi para pemain, kami juga kerap ngobrol dan bercanda dengan mereka. Pokoknya men-servislah. Dari ngobrol dan bercanda itulah, kadang-kadang timbul rasa saling suka antara pemain dan caddy-nya. Setelah itu, lanjutnya, biasanya para pegolf yang umumnya orang-orang berduit itu mulai saling tukar nomor handphone. “Sudah itu, ya biasanya janjian,” ungkapnya. Hal yang demikian di kalangan caddy sudah menjadi rahasia umum. “Kalau ada yang jadi wanita simpanan itu bukan rahasia lagi, tapi tidak semua caddy bisa diajak untuk kencan,” tambahnya singkat.
Masih menurut sumber realita, menjadi seorang caddy tidaklah ringan. Sebab untuk menuntaskan 18 hole, berjalan kaki. Jauhnya kira-kira setara dengan tujuh sampai dengan delapan kilometer sedangkan penghasilan yang diterima tidaklah sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Minimnya uang yang diterima kadang membuat sebagian caddy bersikap lembut dan kadang menggoda para pemain untuk mendapatkan uang tips. “Kalau jadi caddy itu dibayar berdasarkan komisi. Jadi kalau hari ini nggak masuk ya nggak dapat duit. Penghasilan tambahan para caddy hanya dari uang tips setiap pemain golf,” ujarnya.
Olahraga golf termasuk olahraga yang mahal, maka tak heran kebanyakan para penghobi olahraga ini kebanyakan pengusaha dan para pejabat negara. Sebagai contoh, seorang pengunjung golf pada hari biasa dikenakan biaya Rp 200.000 - Rp 300.000, dan pada akhir pekan Rp 600-700 ribu sekali main untuk 18 holes. Sementara itu biaya individual membership mulai dari Rp 35 - 150 juta per tahun.
Angka nominal tersebut tidak sebanding dengan apa yang caddy dapatkan. Jangan heran apabila ada beberapa orang caddy yang mulai merangkap menjadi caddy plus. “Kalau dari pendapatan resmi ya pasti kurang dan nggak sebanding. Makanya ada beberapa orang caddy yang bisa plus. Tapi nggak semua, tergantung dari merekanya masing-masing,” ungkapnya. Ardi, Doel

Red Crispy Bisnis Masa Depan

Gatot Sutoto, Owner Red Crispy Senang Membantu Anak Muda yang Ingin Berwirausaha Kebanyakan pengusaha hanya berorientasi pada keuntungan bisnis semata. Namun tidak demikian halnya dengan Gatot Sutoto, Owner Red Crispy. Ia berbisnis karena terdorong rasa nasionalisme dan demi menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Gatot selalu berprinsip sebisa mungkin agar hidupnya bermanfaat untuk kepentingan orang banyak. Ia pun sangat peduli pada generasi muda. Seperti apakah bentuk kegiatan sosialnya?



Tak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu hujan, siang itu Selasa (16/12) langit kota Jakarta tampak cerah. Tak ada sapuan mendung sedikit pun. Kala itu Realita sengaja menyambangi Kantor Pusat Red Crispy yang terletak di Jl. Unta Raya No 9. Gapura Menteng, Bintaro, Tangerang. Bangunan kantor Red Crispy sangat kontras dengan bangunan sekitarnya. Bangunan yang begitu Asri itu didominasi warna orange. Di ruangannya, Gatot Sutoto, Owner Red Crispy, telah menunggu kedatangan Realita. Gatot, begitulah ia kerap disapa oleh rekan dan koleganya. Boleh dibilang ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang sukses dalam mengembangkan Bisnis Fast Food Fried Chicken. Bayangkan saja, di saat menjamurnya bisnis Fried Chicken franchise luar negeri yang tentunya memiliki brand cukup terkenal, dengan percaya diri Gatot pun mengembangkan bisnis fried chicken-nya.
Berkat keuletan dan kepandaian dalam meramu bumbu-bumbu fried chicken, membuat produknya bisa bersaing dengan fried chicken dari luar negeri. Apalagi bumbu racikannya juga sangat sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Sekadar menengok ke belakang, pria kelahiran 24 Desember 1954 ini merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan suami istri Sutomo (alm) dan Sulastri (almh). Almarhum ayah Gatot adalah seorang tentara angkatan darat yang punya adil dalam kemerdekaan negara Indonesia, sedangkan ibunya seorang pedagang batik di Solo. Dengan latar belakang orang tuanya yang sangat kontras itu, membuat Gatot tumbuh menjadi orang yang disiplin dan jujur. Pendidikan Gatot sendiri ditempuh mulai dari SD hingga SMU di kota kelahirannya, Solo. Saat masih SMU Gatot bersama kakaknya sudah dipercaya untuk mengurusi usaha orang tuanya yaitu taksi. Dari situlah Gatot banyak belajar mengenai manajemen dan marketing. Namun setelah lulus dari SMU tahun 1976, amanat itu ia serahkan kepada kakaknya karena ia harus hijrah ke Ibukota untuk meneruskan pendidikan strata satunya di Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Mesin dan juga di Universitas Gunadarma mengambil Ekonomi. Kuliah di dua tempat tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Terdorong tidak ingin membebani ekonomi orang tua. Pada tahun ke tiga kuliah, Gatot mulai mencoba mencari uang sendiri dengan menjadi broker mobil. ”Saya ambil bisnis ini karena saya melihat peluang yang sangat besar dari teman-teman saya yang sering gonta-ganti mobil. Selain itu juga bisnis ini tidak menyita banyak waktu sehingga tidak mengganggu kuliah,” ungkapnya. Rupanya Gatot sangat jeli menangkap peluang usaha di sekitarnya. Banyak sekali kawan-kawannya yang kemudian mengorder mobil kepadanya. Dengan demikian ia pun bisa meraup rupiah dengan mudah. Karena sudah bisa mencari uang sendiri, Gatot pun tidak minta dikirimi uang lagi oleh orang tuanya. Bahkan ia justru membantu biaya kuliah adiknya. Setelah kira-kira tiga tahun berjalan, Gatot pun mulai mengembangkan usahanya dengan membuka bengkel mobil di kawasan kampus Trisakti sampai akhirnya ia diterima bekerja di Astra sebagai tenaga marketing.
Hobi Masak. Asal tahu saja, sejak kecil ternyata Gatot sangat hobi memasak. Ia kadang bereksperimen sendiri untuk meracik berbagai bumbu. Maka saat kuliah pun ia jarang membeli makanan dari warung dan seringnya memasak sendiri. Bahkan jika ada perlombaan memasak di kampus yang diadakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Gatot selalu ikut dan selalu mendapat peringkat pertama. Padahal saingannya banyak perempuan yang tiap hari memasak. Gatot sendiri merupakan tipe orang yang tidak suka bekerja dalam satu pekerjaan saja. Ia selalu penasaran di semua bidang pekerjaan. Ketika ia merasa sudah mengetahui seluk beluk pekerjaannya, ia lalu meninggalkannya untuk mencari ilmu-ilmu baru lagi. Itulah yang membuat setelah tiga tahun bekerja di Astra, Gatot lalu keluar dan masuk ke PT Pupuk Kaltim. Di Pupuk Kaltim ia bekerja sebagai teknisi mesin. Setelah lima tahun bekerja di Pupuk Kaltim (1982-1987), ia pun juga memutuskan keluar dari pekerjaannya. Padahal saat itu gajinya sudah cukup lumayan besar. “Jiwa saya itu adventurir, jadi saya tidak bisa menetap dalam satu tempat,” ujarnya. Menurut Gatot, kehidupan itu sangat nikmat manakala bekerja sesuai dengan kebebasan hati sehingga yang dikerjakan bukan lagi sebagai beban tapi sebuah kesenangan. Filosofi hidupnya itu, ia ajarkan juga kepada semua karyawannya. Setiap orang yang akan bekerja kepadanya, akan selalu ditanya, pekerjaan apa yang diinginkan dan sesuai dengan hati serta jiwanya. ”Hal ini supaya para karyawan bekerja seolah-olah sedang berlibur,” urainya. Karena baginya setiap aktivitas sehari-hari adalah menyenangkan seperti hari libur. “Kalau orang lain senang-senang menunggu hari libur pada hari Minggu, kalau saya, semua hari adalah menyenangkan dan seperti hari libur,” ujarnya. Setelah keluar dari Pupuk Kaltim dan tidak lagi bekerja, Gatot mulai merintis usaha. Usaha pertama kali yang ia rintis adalah developer perumahan. Bisnis tersebut ia lakukan lumayan lama, hampir sepuluh tahun. “Pada dasarnya saya bisnis ini hanya untuk investasi saja,” akunya. Pada tahun 1997 ketika terjadi badai krisis moneter yang menerjang hampir semua negara termasuk Indonesia, bisnis perumahan miliknya mulai mengalami kelesuan. Gatot pun beralih ke bisnis hortikultura (budidaya tanaman). Dalam bisnis ini Gatot tidak punya pengalaman dan basic sama sekali. Namun bagi Gatot itu bukan soal. “Kebetulan konsep dalam diri saya, semua pekerjaan menyenangkan dan bisa dibakati. Jadi, apa pun pekerjaannya, akan saya lakukan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya. Sejak memutuskan untuk berbisnis hortikultura, Gatot mulai mempelajari seluk beluk pertanian. Gatot pun membeli sebidang tanah dan ia kelola sendiri. Hasil dari usaha hortikulturanya ini bisa ia ekspor sampai ke Singapura. Sayangnya bisnis tersebut tidak bertahan lama. Dalam perjalanannya, bisnis tersebut mengalami berbagai kendala dan hambatan. “Pertanian itu sulit sekali, terutama lahannya. Lahan kita ini sudah terkontaminasi dengan pestisida. Jadi banyak sekali hama yang sulit diberantas. Kendala lainnya, bagaimana menanggulangi pasar yang harganya selalu fluktuatif. Saya juga tidak bisa mengatur dan memprediksi masalah alam, kondisi pasar, dan kondisi hama. Karena sulit sekali diatasi dengan logika maka saya berhenti berbisnis ini,” ungkapnya mengenang. Apakah Gatot kapok berwirausaha setelah mengalami kegagalan? Tidak. Meski ia mengalami sedikit kerugian, tidak lantas membuatnya menyerah. Gatot pun beralih ke bisnis makanan. Bagi Gatot, bisnis makanan merupakan bisnis yang menjadi penasarannya sejak dahulu saat dinas di Amerika. Penasarannya adalah mengapa orang Barat khususnya Amerika setiap menciptakan produk, bisa dikembangkan dan dinikmati di seluruh dunia? “Saya kagum sekali dengan fried chicken-nya yang bisa menyebar ke seluruh dunia dengan hanya basic-nya ayam,” ujarnya. Karena penasaran itulah setiap kali bertugas ke luar negeri saat bekerja di Pupuk Kaltim, Gatot tidak pernah menyia-nyiakan waktu liburnya untuk belajar kursus memasak. “Kalau liburan, teman-teman saya kebanyakan dipakai untuk jalan-jalan ke mal atau pergi ke tempat rekreasi. Tapi kalau saya malah memanfaatkannya untuk ikut kursus memasak,” ungkapnya. Biasanya kalau mengambil kursus hanya satu atau dua hari. “Dari situlah saya bisa menemukan keistimewaan dan kelebihan makanan Jepang, Amerika, dan Eropa. Mulai bumbu, bahan, maupun selera dan alat yang dipakai untuk membuatnya,” akunya. Selain ikut kursus singkat memasak, Gatot juga menambah wawasan makanan melalui membaca buku-buku makanan sehingga pengetahuan tentang resep makanannya makin bertambah. Dan yang menjadi penasarannya lagi, kenapa negara Indonesia dikuasai oleh makanan asing. Padahal menurutnya Indonesia punya potensi yang luar biasa dalam bidang makanan peninggalan dari nenek moyang. Terdorong rasa nasionalisme untuk menjadi tuan di negeri sendiri itulah Gatot mulai menekuni bisnis makanan. Berbekal ilmu makanan yang diperoleh dari Amerika, ia mencoba membuat resep sendiri perpaduan antara resep Barat dan lokal. Setelah melakukan riset berbulan-bulan dengan mendalami kekayaan rempah-rempah yang ada di Indonesia akhirnya Gatot menemukan satu resep kombinasi antara Barat dan Indonesia. Setelah yakin bahwa resepnya bisa diterima masyarakat Indonesia, ia lantas menerapkannya dengan membuat fried chicken bernama Red Crispy pada tahun 2002. Pertama kali usaha, ia membuat lima unit gerobak yang dipasarkannya sendiri di pinggiran Bintaro, Tangerang, Banten. Pertama kali menjual produknya, ternyata animo masyarakat cukup besar. Setiap hari produknya selalu ludes terjual. Melihat respon pasar yang begitu besar, saat berlangsung pameran Waralaba pada November 2003, Gatot mengikutsertakan usahanya itu untuk dipublikasikan. Tak dinyana, ternyata respon pengunjung juga sangat besar. Dari situ ia mendapatkan partner usaha. Setelah usai pameran, Gatot langsung mendapatkan order pesanan sampai 50 unit gerobak. Selanjutnya, setiap tahun seiring dengan pamornya yang semakin naik, orang yang ikut menjadi mitra usaha juga semakin banyak. “Setiap tahun rata-rata sekitar 100 orang yang ikut bergabung di bisnis fried chicken saya ini,” akunya. Hingga saat ini ada sekitar 300 outlet lebih yang tersebar di seluruh Indonesia. Berkat keuletan dan kegigihan Gatot dalam membangun usahanya, kini ia mengalami perkembangan yang pesat. Gatot juga selalu menambah menu-menunya. Tidak hanya fried chicken saja yang ia jual, makanan lokal seperti bakso, roti bakar, serabi, nasi goreng sampai dengan gado-gado, juga dijualnya. Melesatnya perkembangan usaha fast food milik Gatot, membuat usahanya bisa disejajarkan dengan produk-produk franchise fast food dari luar negeri.
Berbagi. Meski begitu, kesuksesan yang berhasil diraih Gatot saat ini tidak lantas membuatnya lupa diri. Ia sadar bahwa keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis makanan fast food, selain dari kerja kerasnya juga tidak terlepas dari tangan-tangan Tuhan yang bermain di dalamnya. Untuk itu, ia pun tak lupa berbagi dengan kaum dhuafa dan anak yatim piatu sebagai rasa syukur atas limpahan karunia yang telah diberikan. “Saya selalu menyisihkan sebagian pendapatan untuk kegiatan sosial,” ujarnya. Dalam memberikan santunan, ayah tiga anak ini lebih mengutamakan daerah tempatnya tinggal yaitu di sekitar Bintaro. “Di sini ada tiga tempat yayasan anak yatim piatu. Jadi saya lebih mengutamakan yang dekat terlebih dahulu, baru yang jauh,” ungkapnya. Selain memberikan sumbangan kepada anak yatim piatu, setiap bulan puasa ia juga kerap mengadakan buka puasa bersama dengan anak yatim piatu dan bakti sosial. Kepedulian Gatot bukan hanya berbentuk pemberian bantuan materi kepada orang-orang yang membutuhkan saja, ia juga melakukan pemberdayaan kepada warga sekitar khususnya generasi muda untuk berwirausaha. Caranya adalah dengan memberikan pelatihan enterpreneurship dan bantuan usaha. “Saya sangat senang dan akan membantu kalau ada anak muda yang punya semangat untuk berwirausaha. Saat ini sudah ada beberapa anak muda daerah sekitar yang saya bantu untuk berwirausaha,” ujarnya. Tidak hanya itu, Gatot juga kerap menyambangi kampus-kampus dan sekolah untuk memberikan pelatihan enterpreneurship dan melakukan kerjasama dengan mahasiswa untuk berwirausaha. “Pelatihan dan kerjasama ini adalah bagian peduli kita terhadap dunia pendidikan,” ujarnya. Pelatihan ini bertujuan untuk mendidik mahasiswa agar mempunyai mental berwirausaha setelah lulus. “Dengan banyaknya wirausaha maka negara akan menjadi makmur,” tambahnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan misinya yaitu membangun enterpreuner melalui sekolah dan kampus-kampus. Dalam mengarungi kehidupan ini Gatot selalu berprinsip bahwa hidup harus bermanfaat untuk orang banyak. Sehingga di setiap langkah perjalanan hidupnya, sebisa mungkin ia dapat memberikan manfaat untuk kepentingan orang banyak. Keluarnya ia dari Pupuk Kaltim dan berwirausaha di bisnis hortikultura yang akhirnya tidak sukses dan sekarang berbisnis makanan juga dalam rangka merealisasikan prinsip itu. ”Kepentingan diri sendiri harus dibuang, seminimal mungkin,” ujarnya. Tak heran dalam bisnis makanannya ini pun Gatot telah memberdayakan ratusan masyarakat.Doel
Side Bar I
“Partner bisnis saya adalah Tuhan”
Gatot Sutoto, Owner Red Crispy mengaku bisnis yang ia lakoni saat ini adalah berkat bimbingan dari Tuhan. Bisnis ini berawal dari usahanya membangun sektor pertanian. Sudah banyak para petani yang ia bantu, namun Tuhan membimbingnya untuk beralih ke bisnis makanan. Dalam berbisnis, Gatot tidak semata-mata berorientasi kepada keuntungan saja. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana caranya agar bisa bermanfaat untuk orang banyak dan bisa menjadi kebanggaan nasional. Oleh karena itu dalam menjalankan bisnisnya, Gatot selalu memberikan produk yang terbaik dan berkualitas kepada masyarakat. Sekadar diketahui, bisnis fried chickennya adalah satu-satunya di Indonesia dan dunia yang menggunakan ayam organik. Sehingga bisa dipastikan terbebas dari antibiotik dan zat kimia yang membahayakan tubuh. Begitu juga dengan pengolahannya yang masih menggunakan tenaga manusia sehingga kebersihannya cukup terjamin. Kualitas dan Kesehatan bagi Gatot merupakan harga mati dalam menjalankan bisnis makanan. “Saya menjalankan bisnis ini dengan hati dan bisnis dengan hati adalah bisnis dengan Tuhan. Jadi partner saya yang sesungguhnya adalah Tuhan,” ujarnya. Dengan berprinsip seperti itu, Gatot tidak pernah takut mengalami kerugian. Baginya, kalaupun rugi dalam berbisnis adalah biasa. Baginya kalaupun ada kesulitan atau goncang dalam berbisnis maka bukan Tuhan yang disalahkan tapi dirinya. Gatot mengaku selama menjalani bisnis ini sering mendapat keajaiban secara mendadak. “Kalau lama tidak ada order, saya berdoa untuk diberi aktivitas. Tiba-tiba saja ada yang telepon untuk dibuka usahanya. Ini sering kali terjadi tanpa saya harus mempresentasikan. Luar biasa,” ujarnya. Doel Jika anda tertarik ingin mengembangkan Bisnis Red Crispy ini. Silahkan hubungi : 021-99334226


Ki Wongso

Wongso Sydharta alias Ki Wongso
Kontraktor yang Memberikan Pengobatan Alternatif Sebagai Sarana Ibadah

Lewat therapi doa, pemijatan, dan jamu godok, banyak sudah pasien yang ditolong oleh Ki Wongso. Kontraktor yang juga memiliki bidang usaha lainnya ini mengaku kalau semua itu dilakukannya dalam rangka ibadah. Tak heran, meski tidak mematok tarif, uang yang terkumpul dari padepokannya tersebut, seluruhnya disumbangkan untuk kaum dhuafa. Penyakit apa saja yang bisa disembuhkannya?

Barangkali terlihat kontras. Di pojok belakang kompleks perumahan Bintaro Jaya yang megah, tepatnya di Jl. Kasuari Raya Sektor IX Bintaro Jaya, Tangerang, terdapat sebuah padepokan dengan bangunan sederhana. Itulah padepokan Ki Wongso. Dari namanya mungkin Anda membayangkan, penghuninya adalah seorang kakek tua, berpakaian serba hitam, berambut panjang terbalut kain sorban hitam, berkumis, dan berjenggot panjang. Kemudian duduk bersila di depan berbagai sesaji dan asap dupa yang mengepul.
Anda pasti keliru. Pasalnya, padepokan tersebut justru dipimpin oleh orang muda bergaya macho yang kalau dilihat dari ketampanannya, justru lebih cocok sebagai pemain sinetron dibanding sebagai pemberi jasa pengobatan alternatif. Dialah Wongso Sydharta, yang oleh banyak teman dan pasiennya sering dipanggil Wongso atau Ki Wongso. Jadilah nama itu sebagai trade-mark-nya. Kontraktor yang juga menggeluti berbagai bisnis ini membuka padepokan sebagai aktivitas sosial dan bagian dari ibadahnya. Ki Wongso sendiri gampang tersentuh dan langsung merasa iba jika mendengar ada orang yang sakit berkepanjangan, sudah menghabiskan banyak biaya, tetapi harapan untuk sembuh tak juga kunjung datang.


Keturunan Joko Tingkir. Ki Wongso sendiri mengaku kalau dirinya masih memiliki darah keturunan dari Joko Tingkir. Berdasarkan legenda, semasa hidupnya, Joko Tingkir memang dikenal sebagai orang yang mempunyai ilmu kedigdayaan yang tak tertandingi oleh siapapun. Tak heran, sebagai keturunannya, Ki Wongso mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang kebanyakan terutama dalam hal menguasai ilmu pengobatan tradisional. Apalagi sejak kecil Ki Wongso juga memiliki jiwa menyenangi warisan nenek moyang baik dalam urusan rohaniyah maupun badaniyah. Sejak masih berusia 20 tahun, Ki Wongso sudah mengasah bakatnya melalui pendalaman ilmu tenaga dalam dan spiritual di sebuah padepokan persilatan di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Diakuinya, ilmu yang diperolehnya saat itu sangat membantu dalam proses penyembuhan pasien-pasiennya sekarang.
Pengobatan yang dilakukan Ki Wongso sesungguhnya adalah penyembuhan alternatif berbasis alam, dengan andalan jamu godok, pemijatan, dan motivasi berdoa sesuai agama masing-masing pasien. Yang datang untuk berobat ke padepokan Ki Wongso memang sangatlah beragam. Tidak terbatas pada orang tertentu saja, tetapi juga dari berbagai kalangan baik kalangan atas maupun kelas menengah ke bawah. Kebanyakan pasiennya adalah para penderita penyakit yang sudah cukup lama dan sudah lelah dengan pengobatan modern.
Therapi Doa. Doa merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dan pencipta-Nya. Dengan berdoa, segala permasalahan yang ada akan menemukan jalan keluarnya. Karena kekuatan doa itulah Ki Wongso berkeyakinan bahwa segala macam penyakit yang menimpa manusia pasti akan sembuh kalau manusia tersebut bersunguh-sungguh berdoa. “Semua penyakit datangnya dari Tuhan dan Tuhan pasti memberikan penawarnya,” ujar Ki Wongso.
Dalam therapi doanya, biasanya Ki Wongso akan terlebih dahulu menanyakan nama lengkap pasien dan ayah pasien. Kemudian Ki Wongso memanjatkan doa dan menerapi pasien dengan pijatannya. Ki Wongso sendiri mengaku akan lebih suka dengan pasien yang terus terang mengenai penyakit yang dideritanya. Meski sebenarnya Ki Wongso sendiri tahu apa penyakit yang sedang diderita si pasien saat datang.
Selain dengan therapi doa, Ki Wongso juga menggunakan therapi pemijatan. Ia pun menjelaskan bagaimana pentingnya pemijatan untuk tubuh manusia. Menurutnya, pemijatan sebagaimana kerokan, urut, sekop, pijat refleksi, tusuk jarum, totok, “kepretan”, setrum, berendam air panas dan dingin, dan lainnya, tak beda dengan olah raga sesungguhnya. Pada dasarnya merupakan shock-therapy kepada tubuh manusia yang berfungsi untuk membuat kejutan pada urat syaraf yang melemah, peredaran darah yang tersumbat, kumpulan urat-urat syaraf yang melemah, kumpulan urat-urat yang pindah, dan lemak yang membeku, yang semuanya itu disebabkan oleh tegangnya metabolisme tubuh karena racun yang ada di dalamnya. Dengan shock therapy, diharapkan terjadi sistem motorik yang akan merangsang dan menggerakkan fungsi-fungsi organ tubuh tersebut kembali bergairah. “Itulah sebabnya orang yang usai dipijat atau sepulang dari spa, akan merasa segar kembali karena saluran-saluran darahnya terbuka oleh pijatan, atau mengembang karena berendam di air yang panas yang menyebabkan aliran darah lancar kembali,” ujarnya.
Bagian yang dipijat pun pastinya dipusatkan pada bagian tubuh yang dirasakan paling terganggu. Menurut Ki Wongso, untuk pasien yang terserang stroke sehingga tidak lancar bicaranya, akan dilakukan pemijatan di lidahnya sehingga bisa berbicara normal kembali. “Nah, di samping pemijatan sebagai proses awal, kesehatan akan lebih lestari kalau diikuti dengan penghancuran toksin dari tubuh dengan minum jamu godok secara berkesinambungan,” tambahnya.
Membuang Racun. Penyakit itu sendiri menurut Ki Wongso bermula dari sampah makanan yang karena terlalu banyak dimakan dalam kurun waktu yang lama menjadi racun (toksin). Racun ini menempati berbagai bagian dari usus sebagai sistem pencernaan makanan yang utamanya terpusat di usus besar (kolon) yang panjangnya lebih kurang 10 meter, berlipat, dan berlekuk-lekuk, sehingga sangat berpotensi untuk menghambat pembuangan racun. Oleh karenanya harus dibuang atau dilakukan detoksifikasi. Setelah didetoksifikasi, makanlah sekadarnya saja yaitu berhenti sebelum kenyang. Yang dimakan pun jangan terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia seperti vetsin atau MSG, bumbu-bumbu penyedap, bahan pengawet makanan seperti formalin, bahan pewarna, dan lain sebagainya. Bahkan Ki Wongso juga mengatakan, proses produksi makanan pun bisa membawa bahan-bahan yang sesungguhnya kurang baik bagi tubuh kita seperti tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia dan bukannya pupuk kandang, atau ternak yang dibesarkan secara cepat dengan memberikan obat-obatan tertentu. “Sebaiknya kita back to nature atau kembali ke alam,” tegas Ki Wongso.
Mengingat di zaman sekarang ini dimana kita sudah terkepung dengan makanan-makanan seperti itu. Untuk menghindarinya memang tidak mudah. Ki Wongso pun mengingatkan tentang kepandaian nenek moyang dahulu yang melakukan antisipasi masuknya bahan-bahan tak berguna ke dalam tubuh dengan rutin meminum jamu godok. Dengan jamu tersebut, sisa-sisa makanan segera rontok dan keluar dari usus besar. Dengan antisipasi seperti itu, terbukti nenek moyang kita dahulu sehat dan panjang umurnya. Banyak di antara mereka yang mencapai umur di atas 90 tahun. Lain halnya dengan zaman sekarang dimana rata-rata orang hanya sampai berumur 63 tahun.
Menurutnya, jamu bukanlah obat, melainkan makanan pencegah bersemayamnya racun di dalam tubuh. Ramuan yang dibuat Ki Wongso sendiri terdiri dari akar-akaran, dedaunan, biji-bijian, dan bagian dari batang berbagai jenis pepohonan serta rempah-rempah yang sejak zaman nenek moyang telah diyakini memiliki khasiat. Ramuan buatan Ki Wongso bisa merontokkan racun-racun penyebab berbagai penyakit seperti batu ginjal, polip, gondok, kista, miom, amandel, tumor, kanker, kelenjar getah bening, rheumatik, maag, diabetes, bahkan stroke.
Orang yang datang berobat ke Ki Wongso, biasanya hanya cukup datang sekali. Jarang sekali pasien datang sampai dua kali, kecuali penyakitnya memang sangat parah seperti kanker, tumor, dan stroke. Semua pasien Ki Wongso juga selalu diberi oleh-oleh jamu godok cap timbangan untuk merontokkan penyakit yang diderita setelah ditherapi doa dan pijit. Seperti yang pernah dialami oleh seorang pasiennya yang bernama ibu Hindun. Ia menderita penyakit komplikasi yaitu kanker payudara yang sudah pecah, diabetes, rheumatik, dan ginjal. Menurut Ki Wongso, ibu Hindun sudah mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk mengobati penyakitnya. Karena tidak sembuh-sembuh, ia pun pasrah dengan penyakitnya hingga akhirnya bertemu dengan Ki Wongso. Oleh Ki Wongso, bagian yang sakit dipijat dan diberi segelas air putih yang sudah didoakan. Selain itu, ibu Hindun juga diminta untuk meminum jamu godok. Setelah dua bulan, penyakitnya mulai hilang dan kini sudah sembuh.
Asal tahu saja, Ki Wongso juga sering mendapat pasien yang berasal dari dokter. Para pasien tersebut datang ke padepokannya karena ingin merasakan pengobatan alternatif.
Tidak Mematok Tarif. Dalam mengobati pasiennya, Ki Wongso tidak mematok biaya, karena tujuan Ki Wongso semata-mata hanyalah ibadah untuk mencari keridhoan Allah. Menurutnya, orang hidup di dunia haruslah seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Ki Wongso sendiri hanya menyediakan sebuah kotak bagi pasien yang ingin memberi tanda terima kasih dan itu terserah si pasien mau memasukkan berapapun. Sebab, uang yang terkumpul tersebut tidak untuk dirinya melainkan untuk disalurkan kepada yatim piatu dan kaum dhuafa yang lebih membutuhkan. Doel

Side Bar:
Airlangga Heri Herman (59)
Dalam Satu Minggu, Kadar Gula Diabetesnya Turun Drastis
Sekitar tahun 2001, Airlangga Heri Herman atau yang biasa disapa pak Heri ini menderita penyakit diabetas yang sudah cukup akut dimana kadar gulanya mencapai 375. Berat badannya yang tadinya 60 kilogram, turun drastis menjadi 40 kilogram. Penyakit diabetesnya juga telah menyebabkan badannya menjadi kurus dan tidak bertenaga. Sejak menderita diabetes ia praktis tidak melakukan aktivitas apapun. “Untuk mengemudi saja saya tidak kuat,” kenang bapak dua anak ini.
Selain diabetes, kantong kemih pak Heri juga mengalami kebocoran. Sudah berbagai pengobatan modern dicoba termasuk ke Rumah Sakit International Bintaro. Namun penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Suatu saat istrinya menyarankan untuk berobat alternatif ke padepokan Ki Wongso. Pak Heri pun mendatangi padepokan Ki Wongso untuk ditherapi. Oleh Ki Wongso, ia ditherapi doa dan pijit. Setelah itu, pak Heri diberi jamu godok cap timbangan untuk diminum dua kali sehari. Ia juga disarankan untuk selalu melaksanakan shalat lima waktu dan hidup normal.
Setelah mengikuti semua saran Ki Wongso, satu minggu kemudian kondisinya mulai membaik. Penyakit diabetesnya juga turun menjadi 150. Pak Heri sangat bersyukur bisa bertemu dengan Ki Wongso. “Saya tidak bisa membayangkan nasib saya kalau tidak bertemu Ki Wongso,” ungkap suami Endang Merti Ningsih ini. Doel