Senin, 12 November 2007

Ahmad Moshaddeq Rosul baru abad 21


Ahmad Moshaddeq

Orang Betawi yang Mengaku Sebagai Rasul

  • Berawal karena Mimpi Dibawa ke Kapal Besar

Kegundahannya terhadap tafsir Al-Qur’an, membuat Ahmad Moshaddeq mencari jawaban dengan cara bersemedi selama 40 hari 40 malam. Dalam semedinya ia mengaku bermimpi mendapat petunjuk dari Allah dan di akhir semedi ia diangkat menjadi seorang Rasul. Mengapa Ahmad Moshaddeq berani mengaku menjadi Rasul hanya karena sebuah mimpi? Seperti apakah mimpi yang dialaminya?

Malam makin larut, hujan masih turun rintik-rintik setelah seharian mengguyur ibu kota Jakarta. Malam itu pertengahan Oktober Realita menyambangi markas Al-Qiyadah Al-Islamiyah di bilangan Jakarta Selatan untuk sebuah wawancara. Senyum manis tersungging di bibir tuan rumah ketika mengetahui kedatangan Realita. Dengan ramah sang tuan rumah pun mengajak masuk ke dalam rumah bercat putih itu. Dalam rumah itu hanya ada lima orang. “Tempat ini sebagai markas kegiatan Siraj ke 10,” tutur Yosef (27), Siraj (asisten) ke 10 Al-Qiyadah Al-Islamiyah membuka obrolan.

Yosef mengaku akhir-akhir ini sangat resah dengan keputusan MUI yang mengeluarkan fatwa sesat terhadap kelompok Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Padahal, ia bersama anggotanya yang lain sudah mengundang pihak MUI untuk berdialog. Namun sampai fatwa itu dikeluarkan pihak MUI, ternyata tidak ada yang bersedia untuk diskusi. Ia sangat menyesalkan dengan keluarnya fatwa itu, sebab dengan fatwanya itu, beberapa jamaah Al-Qiyadah Al-Islamiyah di buru, diusir, dan bahkan ada yang sampai mendapat siksaan oleh masyarakat.

Sejak merebaknya penangkapan jamaah Al-Qiyadah Al-Islamiyah, kini Yosef bersama jamaah yang lain mengaku coolling down, “Kami disuruh pimpinan untuk menutup diri dulu sampai kondisinya benar-benar kondusif,” ujar pria asli Betawi ini. ia juga sangat menyesalkan pemberitaan yang selama ini berkembang menyudutkan jamaah mereka, seperti harus membayar zakat kepada pimpinan dan memberi hadiah kepada orang yang bisa merekrut orang lain untuk mengikuti ajaran Al-Masih Al-Mau’ud. Meski kini ajaran Al-Masih Al-Mau’ud sudah dilarang namun bagi Yosef itu adalah sebuah konsekuensi perjuangan. “Jangankan cuma dilarang, disiksa dan dibunuh pun kami sudah siap karena ini adalah konsekuensi sebuah perjuangan,” tegas mantan anggota NII ini.

Siapa Ahmad Moshaddeq? Ahmad Moshaddeq atau Haji Abdul Salam adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil pemerintah DKI Jakarta yang dulunya membidangi olah raga. Pria kelahiran 21 April 1944 ini pernah aktif di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. Ia juga pernah memoles sejumlah nama tenar seperti Eddy Kurniawan, Amril Nurman, Icuk Sugiarto, dan lain-lain.

Setelah pensiun di tahun 1990 lalu, suami dari Nyonya Mugiyem (40) ini bergabung di KW-9 Negara Islam Indonesia (NII) dan pernah menjabat Kepala Daerah untuk Jakarta Selatan pada tahun 1995. Bahkan ia juga pernah menjadi Komandan IV tahun 1996 wilayah DKI Jakarta. Namun, 10 tahun berjuang di NII rupanya tidak membuat dirinya merasa puas sehingga ia memutuskan untuk keluar dari NII.

Setelah keluar dari NII, Ahmad Moshaddeq mendirikan kelompok Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Selama perjalanan spiritualnya, ia merasa gundah terhadap tafsir Al-Qur’an, karena tidak bisa menjawab permasalahan zaman yang semakin kompleks. Selama terlibat di NII dan kegundahan terhadap Al-Qur’an, menurut Moshaddeq adalah proses ke-Rasulan-nya.

Puncaknya ketika ia bersemedi 40 hari 40 malam di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Dalam semedinya ia bermimpi mendapat petunjuk dari Allah tentang kondisi zaman dan ia juga mengaku telah ditunjuk Allah sebagai Rasul untuk menyempurnakan Nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad SAW dan bergelar Al-Masih Al-Mau’ud.

Ajaran Moshaddeq. Bagi umat Islam, kewajiban melaksanakan rukun Islam seperti shalat, puasa, dan haji adalah ketentuan yang sudah final (qoth’i) dan tidak bisa diganggu gugat. Namun dalam ajaran Al-Masih Al-Mau’ud belum mewajibkan rukun Islam itu. Mereka beralasan bawa kondisi sekarang adalah kondisi Makkiyah (atau era sebelum nabi Muhammad hijrah ke Madinah), dimana masih banyak kejahiliyahan, penindasan, dan kemusyrikan di mana-mana. “Waktu di Makkah, Nabi Muhammad tidak melaksanakan shalat, puasa, dan haji karena memang kondisinya masih Makkiyah,” jelas Yosef.

Karena menganggap kondisi sekarang dalam kondisi Makkiyah, maka pengikut Al-Masih Al-Mau’ud juga belum melaksanakan shalat, puasa, dan haji. Mereka akan mengerjakannya ketika kondisinya sudah memasuki periode Madaniyah, sebab dalam kondisi Madaniyah syariat Islam akan tegak. Selain belum mengerjakan syariat Islam, para pengikut Al-Qiyadah Al-Islamiyah juga mengganti syahadatnya. Sebab Rasul mereka bukan lagi Nabi Muhammad melainkan Al-Masih Al-Mau’ud. Sehingga bunyi syahadatnya bukan lagi "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah" tapi "Asyhadu anna Al Masih Al Mau’ud Rasulullah".

Ketika seseorang mengikuti ajaran Al-Masih Al-Mau’ud, ada enam prinsip yang harus dijalankan yaitu jangan musyrik, jangan berzina, jangan menggugurkan kandungan, jangan berjudi, jangan berdusta, dan jangan durhaka. Selain itu ada enam program juga yang harus dikerjakan yaitu pertama, Qiyamul Lail (shalat malam), kedua, menghafal Al-Qur’an, ketiga, Mad’u (mengajak orang lain), keempat, Tawiyatu Suhuf (pengaturan barisan) yaitu menyusun struktur setelah terbentuk jamaah agar mudah untuk mengatur koordinasi, Kelima, Taklim yaitu pengajaran dan yang terakhir adalah Sedekah. Sedekah ini sendiri tidak ada jumlah prosentasi yang harus dikeluarkan seperti yang dituduhkan selama ini. Sedekah diberikan secara sukarela tergantung kemampuan ekonomi para jamaah.

Dalam merealisasikan dakwahnya untuk menuju Darrusalam atau Madinah, kelompok ini mempunyai enam fase perjuangan yang harus dilewati. Pertama adalah fase sembunyi-sembunyi (siron). Mereka menyebarkan ajarannya dari rumah ke rumah. Setelah pengikut mulai banyak, masuk ke fase jahran (membuka diri). Pada fase ini mereka terang-terangan menyebarkan ajarannya, termasuk melalui surat elektronik (email). Lalu ada fase hijrah (pindah), kemudian fase (qital) perang untuk memerangi semua umat beragama lainnya yang bagi mereka adalah sesat. Setelah itu ada fase kemenangan dan berakhir dengan fase membentuk pemerintahan sendiri.

Saat ini AL-Qiyadah Al-Islamiyah, baru memasuki fase kedua yaitu fase jahran, terang-terangan atau membuka diri. Hal ini ditandai dengan pengajian mereka yang secara terang-terangan mereka publikasikan di media massa di sebuah hotel di Jakarta Selatan. Namun sayang, ketika berdakwah secara terang-terangan justru malah berbalik menggilas ajaran AL-Qiyadah Al-Islamiyah. Kelompok AL-Qiyadah Al-Islamiyah dianggap menyimpang dan menistakan agama Islam sehingga beberapa pengikutnya ditangkapi. Ahmad Moshaddeq sendiri selaku Rasul akhirnya menyerahkan diri ke Polda karena diburu oleh polisi.

Karena mengaku hanya menyempurnakan Nubuwwah Nabi Muhammad, maka Ahmad Moshaddeq tidak mempunyai kitab suci sebagai pegangan ajarannya. Jadi, kitab suci aliran ini tetap Al-Qur’an Nul Karim, hanya saja mereka punya tafsiran sendiri terhadap Al-Qur’an. Mereka menganggap Al-Qur’an sudah kehilangan ruhnya sehingga Al-Qur’an yang ada sekarang hanya tinggal tulisannya, sedang ruh dan jiwanya sudah hilang sejak 1.300 tahun lalu. Dan Ahmad Moshaddeq selaku Al-Masih Al-Mau’ud lah yang diutus Allah untuk mengembalikan ruh Al-Qur’an yang hilang itu.

Jumlah Jamaah. Meski Al-Qiyadah Al-Islamiyah baru 7 tahun berdiri, namun perkembangannya sangat pesat. Hingga kini, jumlah pengikut Al-Qiyadah Al-Islamiyah menurut keterangan Kapolda sudah mencapai 41.000 orang yang tersebar di sembilan daerah. Melihat pesatnya jumlah perkembangan Al-Qiyadah Al-Islamiyah ini, menandakan bahwa dalam perekrutannya, Al-Qiyadah Al-Islamiyah cukup profesional dan rapi. Dan yang lebih mengherankan lagi pengikutnya 60 persen berasal dari kaum terpelajar seperti mahasiswa dan pelajar.

Menurut Yosef, dalam dakwahnya dilakukan door to door. “Metode kami lakukan seperti zaman nabi, dari pintu ke pintu,” paparnya. Selain dari rumah ke rumah, target yang mereka dakwahi adalah tempat kost, kampus, maupun kontrakan. Kemudian mengajak berdiskusi tentang masalah Al-Qur’an. Tentang azab dan bencana. Ketika target mulai tertarik dengan apa yang dibicarakan, langkah selanjutnya akan diajak untuk ikut pengajian mereka. Ketika diskusi tidak berhasil, mereka biasanya mengajak diskusi masalah ilmu dunia, seperti pelajaran sekolah, kuliah, atau seputar teknologi. Doel

Side bar I

Mimpi Diajak ke Dalam Kapal Besar

Selama bersemedi di Gunung Sindur, Bogor, Ahmad Moshaddeq mendapat mimpi yang menurutnya sebagai petunjuk diangkatnya dia menjadi Rasul. Ketika pada malam ketiga semedi, sekitar pukul 12 malam, antara tidur dan terjaga, ia dibawa oleh seseorang ke suatu tempat di pinggiran pantai. Di pinggiran pantai itu terdampar sebuah kapal yang sangat besar, terendam air laut setinggi pinggang, tetapi keadaanya sudah sangat rusak layaknya barang rongsokan yang sudah dibuang orang.

Orang dalam mimpinya itu mengajak Ahmad Moshaddeq masuk ke dalam kapal tersebut. Di dalam kapal besar, Ahmad Moshaddeq menyaksikan banyak sekali orang berduyun-duyun dalam kelompok-kelompok. Orang-orang tersebut berjalan dengan arah tidak menentu. Ketika melihat serombongan orang yang berjalan di dekatnya, Ahmad Moshaddeq berinisiatif untuk mengikuti dari belakang sambil bertanya-tanya dalam batinnya, “Mau kemanakah orang-orang ini?”

Setelah sekian lama mengikuti perjalanan orang-orang tersebut, tiba-tiba orang-orang itu berhenti karena menemukan jalan buntu dan mereka pun kembali ke arah semula. Ahmad Moshaddeq pun memutuskan untuk mengikuti rombongan yang lain dari mereka. Akan tetapi, kejadian pada rombongan yang pertama terulang kembali. Mereka pun hanya bolak balik saja di dalam kapal itu, tidak dapat menemukan jalan keluar. Berulang kali Ahmad Moshaddeq mengikuti rombongan yang lain, namun kejadiannya selalu sama, sampai akhirnya Ahmad Moshaddeq terjaga.

Pada malam berikutnya, karena penasaran dengan mimpinya itu sebelum tidur Ahmad Moshaddeq berdoa kepada Allah, “Jika mimpi ini adalah tanda-tanda dari-Mu, maka aku minta agar mimpi itu diulang kembali.” Tatkala Ahmad Moshaddeq tertidur ternyata mimpi itu berulang kembali, sama seperti yang ia lihat pada malam sebelumnya. Berlatar belakang kapal besar yang sudah rusak, berisikan ribuan orang, mulai dari rakyat miskin yang berpakain seadanya sampai dengan orang-orang kaya yang berpakaian jas dan dasi, orang-orang tua, dan anak muda. Mereka berduyun-duyun dalam kelompok, berjalan tiada menentu arah mencari jalan keluar.

Di malam berikutnya, mimpi itu terulang kembali, sama seperti malam-malam sebelumnya. Ahmad Moshaddeq mengaku bermimpi tentang kapal rusak itu hingga tiga malam berturut-turut.

Pada malam berikutnya, tepatnya pada malam ketiga belas atau sepuluh hari setelah mimpi yang pertama, Ahmad Moshaddeq bermimpi lagi. Namun mimpinya sangat berlawanan dengan mimpi yang pertama. Mimpinya kali ini dibawa oleh seseorang ke sebuah kota yang sangat besar. Kota itu sungguh luar biasa dengan segala keindahan dan keteraturannya. Tempat orang-orang berkumpul, pertokoan, dan tempat tinggal, semua ditata dengan sangat rapi. Belum pernah Ahmad Moshaddeq melihat kota seindah itu. Kota itu tidak ada kesamaannya sedikitpun dengan kota-kota di dunia yang pernah ia kunjungi.

Dalam mimpi itu, Ahmad Moshaddeq berjalan bersama korinah (rombongan) melihat blok demi blok kota tersebut. Berbagai macam fasilitas kota dengan petugas-petugasnya semua ada di situ. Akan tetapi, penduduk kota itu sendiri masih sangat sedikit. Ahmad Moshaddeq bersama rombongan terus dan terus berjalan sampai akhirnya ia berkata, “Kita jangan teruskan ke sana, aku merasa kalau kita teruskan berjalan ke sana kita tidak bisa kembali, mari kita balik pulang.” Ahmad Moshaddeq pun mencari tempat di mana ia tadi masuk karena ia meninggalkan tanda masuk di tempat itu. Ahmad Moshaddeq mengambil tanda masuk itu agar bisa keluar, sampai akhirnya Ahmad Moshaddeq terjaga.

Menurut Ahmad Moshaddeq, makna dari kedua mimpi itu adalah sebuah petunjuk. Kapal rusak adalah sebagai analogi dari Darul Bawar, suatu betuk kehidupan jahanam dimana didalamnya terdapat golongan-golongan atau aliran-aliran agama yang sesat yang tidak bisa menemukan jalan keluar dari kehidupan jahanam itu. Sedangkan yang Madinah atau kota yang teratur adalah analogi dari Yerusalem dan Darussalam, suatu kehidupan jannah (surga) yang tertata dengan baik dengan hukum Allah.

Memproklamirkan Menjadi Rasul. Pada malam 37 bertahanus (bersemedi), tiga hari menjelang 40 hari, Ahmad Moshaddeq bermimpi lagi. Dalam mimpinya, ia dilantik atau diangkat menjadi Rasul Allah. Akhirnya, pada 40 hari setelah ia bertahanus, ia memproklamirkan diri menjadi Rasul tepatnya pada tanggal 23 Juli 2006.

Demikianlah mimpi-mimpi Ahmad Moshaddeq selama bersemedi di Gunung Bunder, Bogor selama 40 hari 40 malam. Ahmad Moshaddeq mengaku mendapat wahyu dan Allah mengangkatnya menjadi Rasul untuk melengkapi Nubuwah Muhammad. Setelah mengaku menjadi Rasul, ia pun berganti nama dengan Al-Masih Al-Mau’ud yang berarti Al-Masih yang dijanjikan. Doel

Side bar II:

Ahmad Moshaddeq Bukan Orang Pertama yang Mengaku Rasul

Ternyata fenomena orang yang mengaku menjadi Rasul bukan kali ini saja. Sebelum Ahmad Moshaddeq mengaku menjadi Rasul atau nabi, sudah ada orang yang mengaku Rasul. Dalam cacatan sejarah umat Islam di Indonesia, sudah ada empat orang yang mengaku menjadi Rasul. Pertama, Ali Taetang, berasal dari Banggai pada tahun 1956. Ali Taetang, mendirikan aliran Imamullah di Dusun Sampekonan, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Tak ada data pasti jumlah pengikutnya tetapi diduga ribuan orang menjadi anggotanya dan tersebar di seluruh Indonesia. Sebelumnya di daerah ini masyarakat menganut animisme, dinamisme, dan mistik. Secara umum ajaran Imamullah sama dengan Islam tetapi paham ini mempunyai dua penyimpangan pokok yakni kepercayaan terbukanya pintu kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW sehingga Ali Taetang menyebut dirinya Nabi. Kedua, dia mengubah syahadat Rasul.

Kedua, Zikrullah Aulia Allah, berasal dari Sulawesi Tengah. Zikrullah
Anak kedua dari istri kedua Taetang ini mengaku mendapat wahyu tentang kenabian melalui mimpi. Aliran Zikrullah Aulia Allah baru berdiri pada 29 Agustus 2004 lalu. Aliran ini merupakan versi terbaru dari aliran Imamullah yang didirikan ayahnya, Ali Taetang pada tahun 1970-an. Pada saat pendirian aliran itu, Zikrullah mengumumkan kenabiannya di atas mimbar Masjid Barokah, Dusun Sampekonan, Desa Labibi, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan. Saat itu, Zikrullah mengaku telah diangkat Allah menjadi Nabi meneruskan almarhum ayahnya Ali Taetang Likabu yang juga mengaku sebagai Nabi.

Ketiga, Dedi Mulyana alias Eyang Ended, berasal dari Banten. Nabi palsu ini sebenarnya malah dukun cabul. Ajaran Eyang Ended adalah model ajaran agama yang memastikan tentang hari kiamat dan membolehkan seks bebas.

Keempat Lia Eden, dengan sekte kerajaan Tuhan berasal dari Jakarta. Lia yang jago membuat puisi mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril. Doel


Side Bar III

Prof. Dr. Yunasril Ali. MA., Guru Besar Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta

Tidak Ada Lagi Rasul Setelah Nabi Muhammad SAW

Ketika seseorang ingin mendekatkan diri kepada Allah baik itu uzlah maupun semedi, pasti akan mendapatkan cobaan dan ujian. Maka agar tidak terjerumus dengan bujuk rayu setan, dibutuhkan seorang pembimbing. Kalau dalam dunia Tasawuf dikenal dengan istilah Mursyid, yang bertugas menjaga agar orang yang sedang semedi tidak tergoda dengan bisikan-biskan sesat setan. Sebab, tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat, atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipu daya.

Setiap mimpi maupun bisikan orang yang sedang bersemedi, kalau datangnya dari Tuhan tidak mungkin akan menyalahi Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan kalau menyalahi Al-Qur’an dan Hadist maka itu pasti datangnya dari setan. Maka sudah sangat jelas, apa yang dimimpikan Ahmad Moshaddeq ketika ia semedi selama 40 hari 40 malam di Gunung Sindur adalah datangnya dari setan. “Kalau Ahmad Moshaddeq mengaku bermimpi mendapat petunjuk dari Allah dan diangkat menjadi Rasul, itu adalah sebuah kebohongan besar,” tegasnya.

Prof. Yunasril juga menambahkan, bahwa setelah Nabi Muhammad tidak ada Rasul lagi sebagaimana yang ditegaskan dalam surat Al-Ahzab ayat 40, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Yunasril juga menyarankan agar orang yang akan melakukan khalwat (bersemedi) terlebih dahulu mendalami tentang Agama. Sehingga ketika melakukan semedi sudah punya persiapan yang matang. Karena tanpa sebuah ilmu, bisa jadi akan asal-asalan. Apalagi tanpa didampingi seorang mursyid. Doel

Tidak ada komentar: