Senin, 12 November 2007

Hikmah Ramadhan

Prof. Dr. Nasarudin Umar, Ma.

Dirjen Bimas Islam Departemen Agama

Temukan Malam Lailatul Qadar dengan Banyak Berdzikir dan Shalat Malam dengan Hati Ikhlas

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinanti-nantikan oleh segenap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Karena banyak sekali keutamaan-keutmaan dalam bulan yang penuh dengan maghfirah ini. Bulan Ramadhan seharusnya juga digunakan sebagai momentum untuk melakukan perubahan dan introspeksi. Sejarah umat Islam sesungguhnya adalah sejarah Ramadhan. Peristiwa monumental yang terjadi dalam dunia Islam, semua terjadi dalam bulan suci Ramadhan. Pelantikan Nabi Muhammad menjadi Rasul juga dalam bulan Ramadhan. Begitupula turunnya wahyu Al-Qur’an.

Di antara keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan. Pertama, Allah telah memberkati bulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan atas segala dosa bagi orang yang memenuhi bulan ini dengan beragam ibadah. Nabi bersabda: "Barangsiapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan introspeksi diri, akan Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kedua, termasuk keberkahan bulan suci Ramadhan adalah, sempitnya ruang gerak setan untuk melancarkan godaan dan tipu dayanya terhadap umat manusia. Terbelenggunya mereka, adalah dengan kehendak Allah dan dalam pengertian yang sesungguhnya. Namun juga tidak berarti mereka berhenti menggoda manusia secara total.

Ketiga, dihiasinya Jannah (surga) untuk menyambut kedatangan orang-orang yang berpuasa, seusai menjalani cobaan Allah selama masa hidup di dunia. Ini salah satu bentuk tabsyir atau kabar gembira dari Allah.

Keempat, keberkahan bulan Ramadhan juga terungkap jelas dengan adanya para malaikat yang memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka yang berpuasa. Di samping aroma mulut orang yang berpuasa yang menurut manusia mungkin tidak sedap, namun di sisi Allah lebih wangi dibanding aroma kesturi.

Hikmah Bulan Ramadhan. Ada beberapa hikmah dari bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfirah ini yaitu sesuai dengan nama dari bulan Ramadhan itu sendiri. Bulan Ramadhan memiliki banyak nama di samping Ramadhan itu sendiri di antaranya adalah: Pertama, Syahrut-Tarbiyah (Bulan Pendidikan). Kenapa bulan Ramadhan disebut dengan bulan pendidikan? Karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah SWT. Seperti makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Kita juga diajarkan supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat, dan kapan waktu ibadah.

Kedua, Syahrul Jihad. Pada masa Rasulullah, justru peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan. Dan itu semua dimenangkan oleh kaum muslimin. Seperti pada perang Badar, pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur harus menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim berhasil menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy. Begitupula Bangsa Indonesia yang mendapat kemerdekaan pada bulan Ramadhan. Tapi, yang paling penting kita rasakan sekarang adalah kita berperang melawan hawa nafsu kita sendiri.

Ketiga, Syahrul Qur'an Al-Qur'an. Allah SWT menurunkan wahyu berupa Al-Qur’an pertama kali di bulan Ramadhan. Wahyu inilah yang merupakan sumber hukum untuk dijadikan pemimpin dan pemandu kehidupan. Dengan tegas, Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia. Penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu (bayyinat) dan pembeda (furqan) (antara haq dan batil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185). Ayat ini menjelaskan, bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia yang mengimaninya. Dalil yang jelas dan tegas bagi mereka yang memahaminya, yang terlepas dari kebatilan dan kesesatan. Al-Qur’an bukan kumpulan pengetahuan semata, tetapi juga petunjuk hidup bagi manusia. Al-Qur’an tidak hanya sekadar dibaca dan dihafalkan saja, melainkan harus dipahami dan diamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Nabi SAW dalam berbagai hadistnya menegaskan, bahwa siapapun yang berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak akan tersesat selama-lamanya.

Keempat, Syahrul Ukhuwah. Pada bulan ini kita merasakan sekali ukhuwah di antara kaum muslim terjalin sangat erat dengan selalu berinteraksi di Masjid untuk melakukan shalat Tarawih berjamaah. Dan di antara tetangga juga saling mengantarkan hidangan berbuka puasa sehingga antara kaum muslim terasa sekali kebersamaan dan kesatuan. Bulan Ramadhan sebagai sarana untuk membina hubungan rumah tangga yang lebih harmonis karena pada bulan ini akan buka dan sahur bersama anggota keluarga.

Kelima, Syahrul Ibadah. Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan ibadah karena pada bulan ini kita banyak sekali melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti shalat sunnah Dhuha, Rawatib, dan Tarawih ataupun Qiyamullail (shalat malam) serta tadarus Al-Qur'an.

Membentuk Keshalehan Sosial. Puasa pada hakikatnya bukan hanya menahan lapar dan dahaga. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, kitab yang ditulis Imam Ghazali, disebutkan orang yang berpuasa harus juga menjaga semua anggota tubuhnya agar tidak berbuat yang dilarang oleh agama. Puasa seharusnya dijadikan sebagai kesempatan berharga untuk meningkatkan keshalehan sosial. Sehingga kita tidak termasuk dari orang-orang yang berpuasa dengan menahan lapar dan dahaga, tapi tidak mendapatkan apa pun dari semua itu. Keshalehan sosial mendapatkan perhatian yang sangat besar dalam agama Islam.

Seorang yang berpuasa harus senantiasa menjaga semua anggota tubuhnya dari perbuatan yang dilarang agama. Orang yang berpuasa seharusnya tidak melakukan tanda-tangan fiktif. Orang yang berpuasa seharusnya tidak melakukan provokasi (fitnah). Dan orang yang berpuasa seharusnya terus meningkatkan keshalehannya dari keshalehan individual menuju keshalehan sosial.

Malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar merupakan satu malam yang mempunyai kelebihan lebih dari seribu bulan yang lain. Hal ini seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qadar. Begitu juga dengan apa yang telah diberitahukan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa hadist yang shahih. Kita disuruh untuk menghidupkan malam lailatul qadar dan tidak membiarkannya berlalu begitu saja. Rasulullah SAW telah bersabda dalam hadist muttafaq 'alaih daripada Abu Hurairah yang artinya, “Sesiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni baginya dosa yang telah lalu.”

Malam lailatul qadar merupakan malam yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadist Nabi, “Barang siapa yang melaksanakan salat qiyamu Ramadhan (salat Tarawih) pada malam lailatul qadar dengan dasar iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari).

Dalam hadist yang lain juga disebutkan, Nabi SAW bersabda, “Apabila datang lailatul qadar, malaikat Jibril bersama malaikat lainnya turun ke bumi mendoakan kepada setiap hamba yang berdzikir dan berdoa kepada Allah, Allah menyatakan kepada para malaikat bahwa Allah akan memenuhi doanya. Allah berfirman, "Pulanglah kamu sekalian, Aku telah mengampuni dosa kalian dan Aku telah mengganti kejelekan dengan kebaikan.” Maka mereka pulang dan telah mendapatkan ampunan-Nya. (HR. Al-Baihaqi dari Anas bin Malik).

Malam lailatul qadar adalah malam kemuliaan bukan hari kemuliaan. Yang paling penting dalam bulan Ramadhan adalah pada malam hari karena yang berlipat-lipat ganda adalah malamnya bukan siangnya. Karena pada malam hari penuh dengan rahasia, seolah-olah rahasia Tuhan pada malam hari akan lebih dekat kepada para hamba-Nya. Ada dua tanggung jawab yang diemban seorang manusia yaitu sebagai khalifah (pemimpin) dan abid (hamba). Pada siang hari akan lebih efektif untuk menjadi khalifah, sedangkan pada malam hari akan lebih tenang menjadi abid. Karena pada malam hari akan lebih khusuk dalam menjalankan ibadah. Adanya siang dan malam yang silih berganti itu bertujuan untuk mengkomposisikan kapasitas manusia, berjalan seiring seimbang sebagai khalifah dan sebagai abid.

Jadi, kedua hadist itu menunjukkan kepada kita bahwa bagi yang melaksanakan shalat Tarawih, memperbanyak dzikir, doa, dan istighfar, bertepatan dengan lailatul qadar dengan hati yang ikhlas, dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan dengan khusuk, insya Allah baginya akan mendapatkan ampunan-Nya. Sesuatu yang senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan mukmin. Karena dengan ampunan-Nya itulah seseorang akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki dan abadi, yakni kebahagiaan di akhirat kelak. Sedangkan malam lailatul qadar itu sendiri jatuh pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, yang artinya: "Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. " (HR. Bukhari dan Muslim). Doel




Tidak ada komentar: