Selasa, 18 Desember 2007

Zubaedah Kamal

Pengakuan Penderita Tumor, Zubaedah Kamal (54), yang Sembuh Setelah Mengalami Operasi Secara Ghaib

Memang cukup sulit untuk diterima akal sehat, namun begitulah kejadiannya. Zubaedah Kamal yang telah tiga tahun menderita tumor, mengaku sembuh setelah dirinya dioperasi secara ghaib. Bagaimana ceritanya?
Suasana panas kota Jakarta siang itu seakan hilang ketika memasuki sebuah rumah di Jalan Malaka IV No. 160 Rt 10/08 Kel. Malaka Sari Kec. Duren Sawit Perumnas Klender Jakarta Timur. Sebuah bangunan yang asri dengan ornamen bernuansa Arab menghadirkan suasana religius dan ketenangan tersendiri. Di sebuah ruang tamu yang cukup luas dengan hiasan kaligrafi Arab, terlihat seorang wanita paruh baya tengah duduk dengan serius. Di wajahnya terlihat ada sisa air wudhu yang menandakan bahwa dia baru saja selesai melaksanakan sholat Ashar.

“Mari mas silahkan masuk,” sambut wanita tersebut ketika melihat kedatangan Realita. Ditemani oleh sang suami, Kamal (60), wanita bernama Zubaidah (54) itu pun menceritakan peristiwa religius yang dialaminya pada bulan Ramadhan tahun lalu. Zubaedah yang sudah menderita tumor selama tiga tahun mengalami peristiwa aneh yaitu menjalani operasi tumor secara ghaib. “Peristiwa tersebut merupakan salah satu bentuk kekuasaan Tuhan yang tidak mungkin saya lupakan dalam sepanjang hidup saya,” ujar Zubaedah.

Pada awalnya, Zubaedah tidak pernah mengira kalau benjolan di belakang kepalanya akan tumbuh menjadi tumor. Semula Zubaedah mengira kalau benjolan di tengkuknya itu hanya merupakan daging lebih saja dan tidak berbahaya sama sekali. Sebab ketika benjolan tersebut diraba dan ditekan tidak terasa sakit sedikitpun. Oleh karena itulah Zubaedah tidak begitu memperhatikan benjolan tersebut dan hanya mendiamkannya saja. Akan tetapi setahun kemudian benjolan tersebut mulai bertambah besar. Meskipun begitu, Zubaedah tetap tidak merasakan sakit di daerah benjolan tersebut. Dan baru dua tahun kemudianlah Zubaedah merasakan ada sesuatu yang mengganggu pada benjolannya itu. “Kalau leher saya digerakkan atau kalau lagi menjalankan sholat sewaktu ruku maupun sujud, leher saya terasa sakit sekali,” tutur Zubaedah yang saat itu mengenakan baju jubah berwarna putih. Meskipun sudah mulai merasakan sakit di lehernya jika digunakan untuk beraktivitas, namun Zubaedah masih tetap menganggap kalau benjolan itu hanya penyakit biasa saja dan akan sembuh dengan sendirinya. “Jadi pikir saya saat itu ya tidak perlu dibawa ke dokter,” ujar Zubaedah.

Tapi, lama kelamaan setelah benjolan tersebut memasuki tahun ketiga, Zubaedah mulai merasakan kalau seluruh tubuhnya mengalami perubahan. “Suara saya jadi parau, badan terasa panas dingin dan saya mulai merasa tersiksa sekali dengan benjolan tersebut. Setiap malam saya merasakan susah sekali untuk tidur. Kalaupun bisa tidur, harus dimiringkan. Karena kalau benjolan itu menyentuh kasur, akan terasa ngilu sekali,” ucapnya mengenang. Karena dari hari ke hari benjolan tersebut semakin bertambah besar ukurannya hingga seperti telur ayam, akhirnya Zubaedah berkonsultasi dengan keluarga dan teman-temannya. “Suami dan anak-anak saya menyuruh saya segera memeriksakan diri ke dokter agar dapat diketahui apa penyakitnya,” aku wanita asal Palembang ini. Meskipun Zubaedah berprofesi sebagai orang yang memberikan pengobatan alternatif dan tidak sedikit orang yang telah berhasil disembuhkannya, namun Zubaedah mengaku kalau ramuan obat yang diraciknya tidak mampu menyembuhkan penyakitnya.

Akhirnya, pada tanggal 29 Agustus 2006, Zubaedah memeriksakan diri ke RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur untuk memastikan penyakit yang sedang dideritanya. Waktu itu dokter men-CT Scan kepala Zubaedah agar benjolan di tengkuknya tersebut dapat di ketahui apa penyebabnya. “Saya sangat kaget ketika dokter mengatakan kalau di dalam otak saya ada cairan. Padahal yang saya tahu hanya di tengkuk belakang saya saja yang ada penyakitnya,” ungkap ibu delapan anak ini. Karena ditakutkan akan terjadi kanker otak, maka dokter pun menyarankan agar segera dibawa ke RSUD Cipto Mangun Kusumo untuk diperiksa lebih lanjut. “Sebenarnya pada waktu itu saya menolak, tapi karena merasa tidak enak dengan saran dari dokter, saya pun menerima saja surat rekomendasinya,” terang Zubaedah sambil menunjukkan hasil CT Scan-nya. Akan tetapi surat rekomendasi dokter tersebut oleh Zubaedah tidak diteruskan ke RSUD Cipto Mangun Kusumo. Zubaedah memutuskan untuk mengobati lagi penyakitnya dengan caranya sendiri. “Waktu itu saya berfikir, masa mengobati orang lain sembuh, tapi mengobati diri sendiri tidak bisa,” ujar Zubaedah.

Obati dengan Sholat Malam. Dalam mengobati pasien, tidak hanya menggunakan obat ramuannya, Zubaedah juga sering melakukan sholat malam untuk meminta petunjuk kepada Allah. Begitu pula ketika ia menderita sakit dan tidak sembuh-sembuh, sejak diperiksa RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur, hari-harinya selalu diisi dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Setiap malam, Zubaedah selalu melakukan sholat tahajud minta petunjuk pada Allah agar diberikan jalan keluar atas penyakitnya. “Ya Allah, saya bisa membantu orang lain, tetapi untuk diri saya sendiri saya tidak bisa. Ya Allah, saya tidak bisa menolong kecuali atas kehendak-Mu. Hanya kepada-Mu saya menyerah dan meminta petunjuk atas penyakit saya. Tidak ada daya upaya kecuali Engkau ya Allah,” begitu doa yang selalu dipanjatkan Zubaedah dalam setiap sholat tahajudnya.

Hingga sampai pada suatu malam ketika Zubaedah sedang bermunajat mengadukan penyakitnya kepada Allah, ia seolah-olah melihat ada segumpal daging di otak manusia di atas sajadah. Zubaedah yang saat itu sedang dalam keadaan berdoa, antara percaya dan tidak percaya merasa bahwa apa yang ada di depannya itu merupakan petunjuk dari sang Maha Kuasa. Zubaedah pun segera menghentikan doanya dan kemudian membuka segumpal daging tersebut. Zubaedah pun terperangah ketika membuka gumpalan daging tersebut yang ternyata didalamnya ada beberapa lembar kertas yang bertuliskan Al-Malik (Raja). “Spontan saat itu keringat dingin mengucur deras dari tubuh saya. Keringat dingin membasahi mukena saya, tembok, dan ubin. Sambil bersandar di tembok musholah rumah, tak henti-hentinya saya menyebut Asma Allah,” ucap Zubaedah terbata-bata.

Akhirnya Zubaedah pun memutuskan untuk mengambil air wudhu kembali agar bisa menenangkan hati dan bersih menghadap Allah sang pencipta alam semesta. “Waktu itu ketika saya kembali merenungkan akan ke-esa-an Allah dan ke-mahakekuasa-an Allah atas apa yang telah saya alami dengan selalu memohon petunjuknya, tiba-tiba saja saya mendapat tuntunan suara,” jelas Zubaedah. “Baca wirid dan amalkan Al-Malik itu sebanyak tujuh puluh ribu kali, kemudian baca lagi doa Akasah 169 kali kemudian baca lagi Al-Muluk tiga kali, Arrohman tiga kali, surat Yasin pembuka tujuh kali dan Yasin penutup tujuh kali. Selesaikan dalam 17 hari Ramadhan,” ucap Zubaedah menirukan suara yang menuntunnya itu.

Menjelang bulan Ramadhan tahun 2005, tak lupa Zubaedah mempersiapkan segala kebutuhannya. Termasuk amalan yang telah diberikan oleh suara yang menuntunnya itu. Bulan Ramadhan bagi Zubaedah memang merupakan bulan yang sangat istimewa. Karena pada bulan itu segala amalan kebaikan akan ditingkatkan pahalanya, dan segala perbuatan dosa akan diampuni. Di bulan Ramadhan itu pula Zubaedah segera mengamalkan tuntunan suara yang diperolehnya. Tidak hanya itu, Zubaedah juga menambah dengan amalan-amalan yang lainnya. Selama kurang lebih 40 hari Zubaedah menjalani tuntunan suara itu sejak mendapatkannya sampai dengan 17 Ramadhan. Tanpa lelah dan bosan, Zubaedah membaca amalan tersebut sehabis sholat wajib dan sholat tahajud. Pada tanggal 16 Ramadhan ketika Zubaedah sedang sholat tahajud dan larut dalam dzikir, tiba-tiba saja suara itu datang lagi. “Sucikan, bersihkan kepala mu dengan air zam-zam dan bawa keluarga, kamu akan di operasi,” lanjut Zubaedah sambil merinding.

Dengan perasaan yang masih dilingkupi rasa takut dan was-was, Zubaedah pun menceritakan kejadian yang dialaminya itu kepada suaminya. Setelah berkonsultasi dengan suami, akhirnya Zubaedah memutuskan mungkin yang dimaksud dengan membawa keluarga dalam tuntunan suara itu adalah untuk membantu doa. Besok malamnya selain keluarga, Zubaedah juga memanggil beberapa ustadz untuk membantu doa dengan harapan tidak akan terjadi apa-apa saat proses operasi nanti.

Dioperasi Secara Ghaib. Malam itu, tepat pukul 01.30 Zubaedah sudah melakukan sholat di musholah pribadinya. Setelah itu Zubaedah berdzikir, sedangkan keluarganya melakukan sholat di samping musholah. Tepat pukul 02.10, insting operasi sudah mulai dirasakan oleh Zubaedah. Diakui Zubaedah, suara itu datang lagi. “Jangan lepaskan kalimat Allah,” ucap suara tersebut. Zubaedah pun terus membaca kalimat La Illa Ha Illa Allah. Waktu itu lampu dimatikan, tapi Zubaedah merasa disekelilingnya terang benderang dan seolah-olah ada lampu yang menyala. Selama kurang lebih 15 menit, Zubaedah merasakan kejadian itu. Zubaedah tidak tahu bahwa pada waktu itu ia sedang dioperasi secara ghaib. Pasalnya, saat itu Zubaedah tidak merasakan sakit ataupun merasakan sesuatu pada tubuhnya. Dengan mengenakan mukena, ia hanya duduk terdiam sambil melafazkan kalimat Allah.

Sedangkan keluarganya yang di luar, tidak henti-hentinya terus memanjatkan doa. Setelah operasi selesai, Zubaedah langsung sujud syukur. Dengan keadaan yang masih lemas, ia dibawa ke ruang tamu oleh suaminya. Kemudian satu per satu Zubaedah mulai membuka mukenanya. Setelah mukenanya dibuka, Zubaedah kaget bukan kepalang lantaran tumor yang bersemayam dalam tengkuknya yang berbentuk benjolan sebesar telur ayam, telah hilang sama sekali. “Saya merasa setelah itu kepala saya jadi ringan dan suara saya jadi tidak berat lagi,” urai Zubaedah menceritakan pengalaman ghaibnya itu. Doel

Sidebar I:

Ustadzah Zuhroh Carman (53)

Saksi Operasi Dan Pembantu Doa

Merinding Ketika Melihat Cahaya Di Musholah

Orang lain mungkin banyak yang menganggap bahwa operasi ghaib itu tidak masuk akal dan hanya untuk mencari popularitas saja. Tapi tidak demikian halnya dengan ustadjah Zuhroh Carman yang mengaku bahwa melihat peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri. “Orang lain mungkin menganggap peristiwa ini tidak masuk akal dan akan berkata hanya mencari popularitas saja. Tapi bagi saya yang menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala saya sendiri, peristiwa ini adalah satu mukjizat dari Allah yang telah diberikan kepada hambanya yang terpilih,” tutur ustadjah Zuhroh. “Di mata saya, ibu Zubaedah adalah orang yang taat menjalankan ibadah dan beliau juga sering membantu anak yatim piatu,” tambahnya.

Ustadzah Zuhroh pun bercerita bahwa pada malam tersebut dirinya benar-benar menyaksikan kebesaran Allah. “Begitu mudahnya Allah menyembuhkan penyakit yang diderita oleh ibu Zubaedah. Malam itu saya sholat hajat lalu berdzikir membaca tahlil, tahmid, dan tasbih untuk kelancaran proses operasi. Saya merasa merinding waktu melihat cahaya terang di dalam musholah. Cahaya itu lebih terang dari pelita. Lalu cahaya itu berputar-putar di atas kepala ibu Zubaedah,” urai ustadzah Zuhroh. “Sambil terus membaca dzikir saya melihat cahaya itu seperti berubah menjadi sinar laser yang masuk ke tengkuk ibu Zubaedah. Dan beberapa menit kemudian cahaya itu hilang,” tambah ustadzah Zuhroh.

Ustadzah Zuhroh pun sangat bersyukur bisa menyaksikan kejadian itu secara langsung. “Saya merasa yakin akan kebesaran Allah. Setelah peristiwa itu, saya langsung sujud syukur sambil menangis merenungkan kejadian itu. Lalu saya memeluk ibu Zubaedah erat-erat sambil terus membaca tahlil,” tuturnya. Doel

Sidebar II:

Prof. Dr. Yunasril Ali. MA

Guru besar tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Terbukanya Tabir Manusia dengan Tuhan
Peristiwa yang dialami oleh Zubaedah, adalah suatu peristiwa di luar kebiasaan umum dan sulit dicerna oleh akal sehat. Karena bagaimana mungkin orang bisa di operasi secara ghaib padahal ia hidup dalam alam nyata. Tapi hal ini di mata Yunasril Ali, guru besar tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kasus yang dialami oleh Zubaedah adalah sesuatu yang wajar terjadi. Menurutnya, jika ada seseorang yang menderita suatu penyakit kemudian orang itu sangat dekat kepada Allah dan selalu melakukan ibadah baik pada waktu siang maupun malam hari serta mengadukan dan memohon kesembuhan penyakit yang dideritanya hanya kepada Allah, maka akan terbukalah hijab (pembatas) antara orang tersebut dengan Tuhannya. “Maka bisa saja Allah akan menyembuhkannya,” ujar Yunasril. Hal tersebut sebagaimana yang dituangkan dalam surat Al-kahfi ayat 110 yang artinya, “barang siapa yang ingin bertemu dengan Tuhannya maka hendaklah ia perbanyak amal sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Dalam perspektif tasawuf di dalam dunia ini menurut Yunasril, semuanya serba mungkin jika memang Allah SWT sudah menghendakinya. “Kalau memang Allah ingin memperlihatkan kekuasaannya dan ingin memperlihatkan Maha Kasihnya, hal itu bisa saja terjadi. Dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah melalui ibadah. Semakin dekat orang tersebut kepada Allah, semakin banyak orang tersebut mendapat kasih Allah,” papar Yunasril. “Boleh jadi apabila orang itu dekat kepada Allah maka ada istilah maqam dan khal. Kalau maqam itu upaya kita untuk mendekat kepada Tuhan, sedangkan khal itu adalah pemberian Allah kepada kita,” tambahnya.

Pada hakikatnya, segala macam penyakit itu adalah datangnya dari Allah. Kalau manusia itu sudah berusaha untuk berobat kemana-mana namun tidak kunjung sembuh, dan juga sudah berdoa namun juga tidak bisa, maka jika orang tersebut pasrah dengan penyakitnya dan yakin bahwa segala penyakit itu datangnya dari Allah, bisa saja orang tersebut mendapatkan Irhas.

Dalam sejarah Nabi Muhammad juga pernah mengalami kejadian seperti itu. Pernah sewaktu kecil saat Nabi Muhammad belum diangkat sebagai nabi, beliau dioperasi secara ghaib oleh malaikat Jibril untuk dibersihkan hatinya agar terhindar dari penyakit-penyakit hati yang sering menggrogoti manusia. Sehingga dalam pandangan tasawuf, seseorang bisa menerima bisikan-bisikan ghaib melalui “rijal al-ghaib” yaitu sosok yg dikirim oleh Allah untuk membisikkan kepada manusia tanpa melalui marhalah atau maqam-maqam yang biasa orang sufi lakukan untuk mencapai hakikat. Hal ini biasanya terjadi karena orang tersebut hanya menggantungkan segalanya kepada Tuhan dan hati atau jiwanya siap menerima anugerah dari Tuhan.

Dalam peristiwa tersebut kita dapat mengambil hikmah, pertama, bahwasanya jika Allah sudah berkehendak, tidak ada yang mustahil dalam dunia ini. Apa pun bisa terjadai. Kedua, doa jika dilakukan dengan sungguh-sunguh, ikhlas, pasrah, dan dilakukan secara terus menerus, maka bisa membuka hijab antara manusia dan Tuhan. Ketiga, bahwa orang yang mendapatkan penyembuhan dengan cara seperti itu menandakan orang tersebut mempunyai kedekatan dengan Tuhan atau kalau dalam istilah sufi orang itu telah mendapatkan kasaf. Keempat, bisa juga orang tersebut mendapatkan karomah karena ketekunannya beribadah kepada Allah. Doel

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Halo, saya Mrs Kathleen Campbell, pemberi pinjaman pinjaman swasta yang memberikan pinjaman., Komersial dan pribadi dengan tingkat bunga tahunan yang sangat minimum serendah 2% dalam waktu 1 tahun sampai 20 tahun periode durasi pembayaran untuk setiap bagian dari dunia. Dan kami memberikan pinjaman di kisaran $ 2.000 sampai $ 100.000.000,00 USD.Our pinjaman benar diasuransikan dan keamanan maksimum adalah prioritas kami, saya menggunakan media ini untuk memberitahu Anda bahwa kami memberikan dukungan yang handal dan akan bersedia untuk menawarkan pinjaman. Jadi hubungi kami hari ini via email di: kathleenloancompany@gmail.com