Fitri Agustini adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan suami istri Rosyidi dan Herly. Di mata keluarga, Fitri termasuk anak yang berbakti kepada orang tuanya. Selain itu, ia juga selalu membantu keperluan sekolah adik-adiknya. Kematian Fitri membuat beban keluarga Rosyidi menjadi berat. Karena Fitri merupakan salah satu tulang punggung keluarga. Penghasilan Rosyidi tidak seberapa. Sebagai penjual kopi di pinggir jalan, ia hanya bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 10 ribu setiap hari. Untuk membantu membiayai keperluan sehari-hari, Fitri yang bekerja sebagai buruh pabrik, sudah sangat membantu ekonomi keluarga.
Sore itu, kondisi rumah Rosyidi di Jln. Manggar Blok Y, Gang I, RT 04/08 No. 101 B, Koja, Jakarta Utara terlihat masih ramai. Seluruh anggota keluarga dan beberapa tetanga berkumpul untuk mengadakan tahlilan. Padahal, orang tua Fitri baru pulang dari Polsek Koja, Jakarta Utara untuk mendengarkan keterangan Hadi, pacar Fitri tentang kematian anaknya. Kamis (03/11) merupakan hari ketiga keluarga Rosidi mengadakan tahlilan setelah meninggalnya Fitri. Di depan rumahnya, masih tampak tumpukan kursi sewaan untuk digunakan pelayat yang datang untuk mengucapkan rasa bela sungkawa.
Meski sudah tiga hari dimakamkan, hingga saat ini orang tua Fitri belum menerima kematian anaknya. “Tidak mungkin anak saya bakar diri. Fitri itu anak yang tahu tentang agama. Ia tahu bahwa bunuh diri itu dosa. Ia sering menjalankan shalat lima waktu dan mengaji. Jadi tidak mungkin ia tega bunuh diri dengan cara sesadis itu,” bantah Rosyidi yang juga menjabat sebagai ketua RT di lingkungannya ini. Selain itu, orang tua Fitri sangat menyesalkan sikap Fitri yang tidak mau terus terang kepada orang tuanya kalau ia sedang menghadapi masalah serius dengan kekasihnya. Padahal, Fitri sering menceritakan masalahanya kepada teman-temannya. “Mungkin dia takut dimarahi kalau orang tua tahu masalahnya,” keluh Rosyidi yang saat ditemui Realita memakai peci haji berwarna cokelat. Hingga saat ini masalah tersebut masih dalam penyidikan aparat Polsek Koja.
Segera Menikah. Menurut Rosyidi, kepergian Fitri terlalu cepat. Karena rencananya, Desember 2006 mendatang setelah Lebaran Haji, Fitri akan melangsungkan pernikahan dengan Hadi. Karena hubungan mereka sudah terlalu jauh. Sebenarnya pernikahan itu sudah direncanakan sejak lama. Namun Hadi selalu menunda-nunda. Setiap kali ditanya tentang rencana pernikahan, Hadi hanya memberikan jawaban tidak pasti. “Nggak tahu kenapa, ia selalu menunda. Bilangnya nggak punya duit karena habis sakit,” ungkap Anita (17) adik perempuan Fitri. Rencananya, setelah gajian November ini, Fitri akan mencetak undangan pernikahan mereka.
Semua anggota keluarga Rosyidi mengaku sama sekali tidak mengira kalau hari itu, Selasa (31/10) Fitri bakal menemui ajalnya. Karena ia tidak menunjukan tingkah laku aneh atau mencurigakan. “Malamnya Kak Fitri masih nonton Smac Down di Lativi bersama kami,” kenang Andi (10) adik Fitri. Bahkan paginya pun Fitri masih melakukan pekerjaan rumah seperti biasa, seolah-olah ia tidak merencanakan sesuatu. “Siangnya, Fitri masih mambantu ibu memasak makan siang kelaurga” tambah Andi.
Usai makan siang, Fitri berpamitan ke rumah pacarnya. Fitri memang sering main ke rumah pacarnya. Sampai separuh pakaiannya ia tinggalkan di rumah Hadi. Begitu pula juga dengan Hadi, ia sering main ke rumah Fitri. Rumah Hadi dan Fitri memang tidak jauh. Hadi tinggal bersama kelurgannya di Jln. Mantang Blok K Gg IV/14 RT 7/8 Lagoa Koja, Jakarta Utara.
Namun, satu jam setelah pamitan, Rasyidin dikejutkan dengan berita bahwa Fitri bakar diri di rumah Hadi. “Waktu itu, saya sedang duduk di depan rumah sambil ngobrol bersama teman. Ketika sampai di tempat kejadian, tubuh Fitri sangat mengerikan. Sekujur badannya nyaris hangus terbakar. Ia lalu dibawa ke Rumah Sakit Koja.
Peristiwa meninggalnya Fitri berawal dari surat kekecewaan Hadi atas sikap Fitri yang telah menduakannya. Dalam surat itu, Hadi mengatakan bahwa ia tetap akan menikahi Fitri. Tapi pernikahan itu bukan atas dasar cinta, tapi karena bertanggung jawabnya atas apa yang telah mereka lakukan. Ia juga mengatakan bahwa Fitri hanya bisa bersembunyi dari kesalahan di balik tangisan dan air mata. Surat yang menuding Fitri telah menduakan cinta Hadi itulah yang diduga membuat Fitri kecewa dan nekat mengakhiri hidup di depan kekasihnya. Padahal, Hadi dan Fitri sudah berpacaran selama kurang lebih dua tahun.
Setelah mendapat surat dari Hadi, keesokan harinya sekitar pukul 13.00 WIB, Fitri ke rumah pacarnya. Sampai di rumah, Hadi mencoba mengajak Fitri ngobrol, tapi Fitri diam saja. Akhirnya Hadi meninggalkan Fitri dan tidur. Namun beberapa saat kemudian Hadi terbangun dan mendapti pacarnya membakar diri. Ia mencoba menghentikan api yang membakar Fitri, namun ia gagal. Setelah itu, ia bersama warga membawa Fitri ke Rumah Sakit Koja untuk mendapat pertolongan.
Selama kurang lebih tiga hari Fitri dirawat di rumah sakit. Saat dalam masa perawatan, Fitri sempat siuman dan mengungkapkan keinginannya setelah sembuh. Ia ingin masuk pesantern dan tidak mau menikah dengan Hadi. Namun, karena luka bakarnya terlalu parah, Fitri menghembuskan napas terakhir pada Selasa (31/10) pukul 02.30 WIB. Ia kemudian dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Bumi Darma, Cilincing, Jakarta Utara. Doel
“Saya akan tetap menikahi Fitri meski cacat”
Hadi mengaku sempat mencoba menolong Fitri dengan berusaha memegang tangannya yang terbakar dan mematikan api. Namun ia tidak mampu. “Seandainya waktu itu saya tahu Fitri mau bakar diri, pasti sudah saya cegah,” katanya pelan. Ia memang sama sekali tidak menduga Fitri akan melakukan perbuatan senekat itu. Padahal kalau ia mau terbuka, apa yang diinginkan Fitri bisa dibicarakan bersama.
Hadi kemudian mengungkapkan keinginannya. Seandainya Fitri masih bisa ditolong dan bisa sembuh, meski kondisinya tidak seperi sediakala pun, ia siap menikahinya. “Karena hal ini sudah menjadi tekad saya. Kalau nanti ia sembuh, saya akan langsung menikahinya,” janjinya. Sikap Hadi itu merupakan perwujudan rasa tanggung jawabnya karena sudah terlanjur mengenal Fitri sangat dalam. Tapi ternyata, Tuhan memiliki encana lain. Doel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar