Rabu, 22 Juli 2009

Red Crispy Bisnis Masa Depan

Gatot Sutoto, Owner Red Crispy Senang Membantu Anak Muda yang Ingin Berwirausaha Kebanyakan pengusaha hanya berorientasi pada keuntungan bisnis semata. Namun tidak demikian halnya dengan Gatot Sutoto, Owner Red Crispy. Ia berbisnis karena terdorong rasa nasionalisme dan demi menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Gatot selalu berprinsip sebisa mungkin agar hidupnya bermanfaat untuk kepentingan orang banyak. Ia pun sangat peduli pada generasi muda. Seperti apakah bentuk kegiatan sosialnya?



Tak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu hujan, siang itu Selasa (16/12) langit kota Jakarta tampak cerah. Tak ada sapuan mendung sedikit pun. Kala itu Realita sengaja menyambangi Kantor Pusat Red Crispy yang terletak di Jl. Unta Raya No 9. Gapura Menteng, Bintaro, Tangerang. Bangunan kantor Red Crispy sangat kontras dengan bangunan sekitarnya. Bangunan yang begitu Asri itu didominasi warna orange. Di ruangannya, Gatot Sutoto, Owner Red Crispy, telah menunggu kedatangan Realita. Gatot, begitulah ia kerap disapa oleh rekan dan koleganya. Boleh dibilang ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang sukses dalam mengembangkan Bisnis Fast Food Fried Chicken. Bayangkan saja, di saat menjamurnya bisnis Fried Chicken franchise luar negeri yang tentunya memiliki brand cukup terkenal, dengan percaya diri Gatot pun mengembangkan bisnis fried chicken-nya.
Berkat keuletan dan kepandaian dalam meramu bumbu-bumbu fried chicken, membuat produknya bisa bersaing dengan fried chicken dari luar negeri. Apalagi bumbu racikannya juga sangat sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Sekadar menengok ke belakang, pria kelahiran 24 Desember 1954 ini merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan suami istri Sutomo (alm) dan Sulastri (almh). Almarhum ayah Gatot adalah seorang tentara angkatan darat yang punya adil dalam kemerdekaan negara Indonesia, sedangkan ibunya seorang pedagang batik di Solo. Dengan latar belakang orang tuanya yang sangat kontras itu, membuat Gatot tumbuh menjadi orang yang disiplin dan jujur. Pendidikan Gatot sendiri ditempuh mulai dari SD hingga SMU di kota kelahirannya, Solo. Saat masih SMU Gatot bersama kakaknya sudah dipercaya untuk mengurusi usaha orang tuanya yaitu taksi. Dari situlah Gatot banyak belajar mengenai manajemen dan marketing. Namun setelah lulus dari SMU tahun 1976, amanat itu ia serahkan kepada kakaknya karena ia harus hijrah ke Ibukota untuk meneruskan pendidikan strata satunya di Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Mesin dan juga di Universitas Gunadarma mengambil Ekonomi. Kuliah di dua tempat tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Terdorong tidak ingin membebani ekonomi orang tua. Pada tahun ke tiga kuliah, Gatot mulai mencoba mencari uang sendiri dengan menjadi broker mobil. ”Saya ambil bisnis ini karena saya melihat peluang yang sangat besar dari teman-teman saya yang sering gonta-ganti mobil. Selain itu juga bisnis ini tidak menyita banyak waktu sehingga tidak mengganggu kuliah,” ungkapnya. Rupanya Gatot sangat jeli menangkap peluang usaha di sekitarnya. Banyak sekali kawan-kawannya yang kemudian mengorder mobil kepadanya. Dengan demikian ia pun bisa meraup rupiah dengan mudah. Karena sudah bisa mencari uang sendiri, Gatot pun tidak minta dikirimi uang lagi oleh orang tuanya. Bahkan ia justru membantu biaya kuliah adiknya. Setelah kira-kira tiga tahun berjalan, Gatot pun mulai mengembangkan usahanya dengan membuka bengkel mobil di kawasan kampus Trisakti sampai akhirnya ia diterima bekerja di Astra sebagai tenaga marketing.
Hobi Masak. Asal tahu saja, sejak kecil ternyata Gatot sangat hobi memasak. Ia kadang bereksperimen sendiri untuk meracik berbagai bumbu. Maka saat kuliah pun ia jarang membeli makanan dari warung dan seringnya memasak sendiri. Bahkan jika ada perlombaan memasak di kampus yang diadakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Gatot selalu ikut dan selalu mendapat peringkat pertama. Padahal saingannya banyak perempuan yang tiap hari memasak. Gatot sendiri merupakan tipe orang yang tidak suka bekerja dalam satu pekerjaan saja. Ia selalu penasaran di semua bidang pekerjaan. Ketika ia merasa sudah mengetahui seluk beluk pekerjaannya, ia lalu meninggalkannya untuk mencari ilmu-ilmu baru lagi. Itulah yang membuat setelah tiga tahun bekerja di Astra, Gatot lalu keluar dan masuk ke PT Pupuk Kaltim. Di Pupuk Kaltim ia bekerja sebagai teknisi mesin. Setelah lima tahun bekerja di Pupuk Kaltim (1982-1987), ia pun juga memutuskan keluar dari pekerjaannya. Padahal saat itu gajinya sudah cukup lumayan besar. “Jiwa saya itu adventurir, jadi saya tidak bisa menetap dalam satu tempat,” ujarnya. Menurut Gatot, kehidupan itu sangat nikmat manakala bekerja sesuai dengan kebebasan hati sehingga yang dikerjakan bukan lagi sebagai beban tapi sebuah kesenangan. Filosofi hidupnya itu, ia ajarkan juga kepada semua karyawannya. Setiap orang yang akan bekerja kepadanya, akan selalu ditanya, pekerjaan apa yang diinginkan dan sesuai dengan hati serta jiwanya. ”Hal ini supaya para karyawan bekerja seolah-olah sedang berlibur,” urainya. Karena baginya setiap aktivitas sehari-hari adalah menyenangkan seperti hari libur. “Kalau orang lain senang-senang menunggu hari libur pada hari Minggu, kalau saya, semua hari adalah menyenangkan dan seperti hari libur,” ujarnya. Setelah keluar dari Pupuk Kaltim dan tidak lagi bekerja, Gatot mulai merintis usaha. Usaha pertama kali yang ia rintis adalah developer perumahan. Bisnis tersebut ia lakukan lumayan lama, hampir sepuluh tahun. “Pada dasarnya saya bisnis ini hanya untuk investasi saja,” akunya. Pada tahun 1997 ketika terjadi badai krisis moneter yang menerjang hampir semua negara termasuk Indonesia, bisnis perumahan miliknya mulai mengalami kelesuan. Gatot pun beralih ke bisnis hortikultura (budidaya tanaman). Dalam bisnis ini Gatot tidak punya pengalaman dan basic sama sekali. Namun bagi Gatot itu bukan soal. “Kebetulan konsep dalam diri saya, semua pekerjaan menyenangkan dan bisa dibakati. Jadi, apa pun pekerjaannya, akan saya lakukan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya. Sejak memutuskan untuk berbisnis hortikultura, Gatot mulai mempelajari seluk beluk pertanian. Gatot pun membeli sebidang tanah dan ia kelola sendiri. Hasil dari usaha hortikulturanya ini bisa ia ekspor sampai ke Singapura. Sayangnya bisnis tersebut tidak bertahan lama. Dalam perjalanannya, bisnis tersebut mengalami berbagai kendala dan hambatan. “Pertanian itu sulit sekali, terutama lahannya. Lahan kita ini sudah terkontaminasi dengan pestisida. Jadi banyak sekali hama yang sulit diberantas. Kendala lainnya, bagaimana menanggulangi pasar yang harganya selalu fluktuatif. Saya juga tidak bisa mengatur dan memprediksi masalah alam, kondisi pasar, dan kondisi hama. Karena sulit sekali diatasi dengan logika maka saya berhenti berbisnis ini,” ungkapnya mengenang. Apakah Gatot kapok berwirausaha setelah mengalami kegagalan? Tidak. Meski ia mengalami sedikit kerugian, tidak lantas membuatnya menyerah. Gatot pun beralih ke bisnis makanan. Bagi Gatot, bisnis makanan merupakan bisnis yang menjadi penasarannya sejak dahulu saat dinas di Amerika. Penasarannya adalah mengapa orang Barat khususnya Amerika setiap menciptakan produk, bisa dikembangkan dan dinikmati di seluruh dunia? “Saya kagum sekali dengan fried chicken-nya yang bisa menyebar ke seluruh dunia dengan hanya basic-nya ayam,” ujarnya. Karena penasaran itulah setiap kali bertugas ke luar negeri saat bekerja di Pupuk Kaltim, Gatot tidak pernah menyia-nyiakan waktu liburnya untuk belajar kursus memasak. “Kalau liburan, teman-teman saya kebanyakan dipakai untuk jalan-jalan ke mal atau pergi ke tempat rekreasi. Tapi kalau saya malah memanfaatkannya untuk ikut kursus memasak,” ungkapnya. Biasanya kalau mengambil kursus hanya satu atau dua hari. “Dari situlah saya bisa menemukan keistimewaan dan kelebihan makanan Jepang, Amerika, dan Eropa. Mulai bumbu, bahan, maupun selera dan alat yang dipakai untuk membuatnya,” akunya. Selain ikut kursus singkat memasak, Gatot juga menambah wawasan makanan melalui membaca buku-buku makanan sehingga pengetahuan tentang resep makanannya makin bertambah. Dan yang menjadi penasarannya lagi, kenapa negara Indonesia dikuasai oleh makanan asing. Padahal menurutnya Indonesia punya potensi yang luar biasa dalam bidang makanan peninggalan dari nenek moyang. Terdorong rasa nasionalisme untuk menjadi tuan di negeri sendiri itulah Gatot mulai menekuni bisnis makanan. Berbekal ilmu makanan yang diperoleh dari Amerika, ia mencoba membuat resep sendiri perpaduan antara resep Barat dan lokal. Setelah melakukan riset berbulan-bulan dengan mendalami kekayaan rempah-rempah yang ada di Indonesia akhirnya Gatot menemukan satu resep kombinasi antara Barat dan Indonesia. Setelah yakin bahwa resepnya bisa diterima masyarakat Indonesia, ia lantas menerapkannya dengan membuat fried chicken bernama Red Crispy pada tahun 2002. Pertama kali usaha, ia membuat lima unit gerobak yang dipasarkannya sendiri di pinggiran Bintaro, Tangerang, Banten. Pertama kali menjual produknya, ternyata animo masyarakat cukup besar. Setiap hari produknya selalu ludes terjual. Melihat respon pasar yang begitu besar, saat berlangsung pameran Waralaba pada November 2003, Gatot mengikutsertakan usahanya itu untuk dipublikasikan. Tak dinyana, ternyata respon pengunjung juga sangat besar. Dari situ ia mendapatkan partner usaha. Setelah usai pameran, Gatot langsung mendapatkan order pesanan sampai 50 unit gerobak. Selanjutnya, setiap tahun seiring dengan pamornya yang semakin naik, orang yang ikut menjadi mitra usaha juga semakin banyak. “Setiap tahun rata-rata sekitar 100 orang yang ikut bergabung di bisnis fried chicken saya ini,” akunya. Hingga saat ini ada sekitar 300 outlet lebih yang tersebar di seluruh Indonesia. Berkat keuletan dan kegigihan Gatot dalam membangun usahanya, kini ia mengalami perkembangan yang pesat. Gatot juga selalu menambah menu-menunya. Tidak hanya fried chicken saja yang ia jual, makanan lokal seperti bakso, roti bakar, serabi, nasi goreng sampai dengan gado-gado, juga dijualnya. Melesatnya perkembangan usaha fast food milik Gatot, membuat usahanya bisa disejajarkan dengan produk-produk franchise fast food dari luar negeri.
Berbagi. Meski begitu, kesuksesan yang berhasil diraih Gatot saat ini tidak lantas membuatnya lupa diri. Ia sadar bahwa keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis makanan fast food, selain dari kerja kerasnya juga tidak terlepas dari tangan-tangan Tuhan yang bermain di dalamnya. Untuk itu, ia pun tak lupa berbagi dengan kaum dhuafa dan anak yatim piatu sebagai rasa syukur atas limpahan karunia yang telah diberikan. “Saya selalu menyisihkan sebagian pendapatan untuk kegiatan sosial,” ujarnya. Dalam memberikan santunan, ayah tiga anak ini lebih mengutamakan daerah tempatnya tinggal yaitu di sekitar Bintaro. “Di sini ada tiga tempat yayasan anak yatim piatu. Jadi saya lebih mengutamakan yang dekat terlebih dahulu, baru yang jauh,” ungkapnya. Selain memberikan sumbangan kepada anak yatim piatu, setiap bulan puasa ia juga kerap mengadakan buka puasa bersama dengan anak yatim piatu dan bakti sosial. Kepedulian Gatot bukan hanya berbentuk pemberian bantuan materi kepada orang-orang yang membutuhkan saja, ia juga melakukan pemberdayaan kepada warga sekitar khususnya generasi muda untuk berwirausaha. Caranya adalah dengan memberikan pelatihan enterpreneurship dan bantuan usaha. “Saya sangat senang dan akan membantu kalau ada anak muda yang punya semangat untuk berwirausaha. Saat ini sudah ada beberapa anak muda daerah sekitar yang saya bantu untuk berwirausaha,” ujarnya. Tidak hanya itu, Gatot juga kerap menyambangi kampus-kampus dan sekolah untuk memberikan pelatihan enterpreneurship dan melakukan kerjasama dengan mahasiswa untuk berwirausaha. “Pelatihan dan kerjasama ini adalah bagian peduli kita terhadap dunia pendidikan,” ujarnya. Pelatihan ini bertujuan untuk mendidik mahasiswa agar mempunyai mental berwirausaha setelah lulus. “Dengan banyaknya wirausaha maka negara akan menjadi makmur,” tambahnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan misinya yaitu membangun enterpreuner melalui sekolah dan kampus-kampus. Dalam mengarungi kehidupan ini Gatot selalu berprinsip bahwa hidup harus bermanfaat untuk orang banyak. Sehingga di setiap langkah perjalanan hidupnya, sebisa mungkin ia dapat memberikan manfaat untuk kepentingan orang banyak. Keluarnya ia dari Pupuk Kaltim dan berwirausaha di bisnis hortikultura yang akhirnya tidak sukses dan sekarang berbisnis makanan juga dalam rangka merealisasikan prinsip itu. ”Kepentingan diri sendiri harus dibuang, seminimal mungkin,” ujarnya. Tak heran dalam bisnis makanannya ini pun Gatot telah memberdayakan ratusan masyarakat.Doel
Side Bar I
“Partner bisnis saya adalah Tuhan”
Gatot Sutoto, Owner Red Crispy mengaku bisnis yang ia lakoni saat ini adalah berkat bimbingan dari Tuhan. Bisnis ini berawal dari usahanya membangun sektor pertanian. Sudah banyak para petani yang ia bantu, namun Tuhan membimbingnya untuk beralih ke bisnis makanan. Dalam berbisnis, Gatot tidak semata-mata berorientasi kepada keuntungan saja. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana caranya agar bisa bermanfaat untuk orang banyak dan bisa menjadi kebanggaan nasional. Oleh karena itu dalam menjalankan bisnisnya, Gatot selalu memberikan produk yang terbaik dan berkualitas kepada masyarakat. Sekadar diketahui, bisnis fried chickennya adalah satu-satunya di Indonesia dan dunia yang menggunakan ayam organik. Sehingga bisa dipastikan terbebas dari antibiotik dan zat kimia yang membahayakan tubuh. Begitu juga dengan pengolahannya yang masih menggunakan tenaga manusia sehingga kebersihannya cukup terjamin. Kualitas dan Kesehatan bagi Gatot merupakan harga mati dalam menjalankan bisnis makanan. “Saya menjalankan bisnis ini dengan hati dan bisnis dengan hati adalah bisnis dengan Tuhan. Jadi partner saya yang sesungguhnya adalah Tuhan,” ujarnya. Dengan berprinsip seperti itu, Gatot tidak pernah takut mengalami kerugian. Baginya, kalaupun rugi dalam berbisnis adalah biasa. Baginya kalaupun ada kesulitan atau goncang dalam berbisnis maka bukan Tuhan yang disalahkan tapi dirinya. Gatot mengaku selama menjalani bisnis ini sering mendapat keajaiban secara mendadak. “Kalau lama tidak ada order, saya berdoa untuk diberi aktivitas. Tiba-tiba saja ada yang telepon untuk dibuka usahanya. Ini sering kali terjadi tanpa saya harus mempresentasikan. Luar biasa,” ujarnya. Doel Jika anda tertarik ingin mengembangkan Bisnis Red Crispy ini. Silahkan hubungi : 021-99334226