Rabu, 22 Juli 2009

Di Balik Kasus Antasari Azhar, Ketua KPK Non Aktif

Benarkah Hanya Cinta Segitiga?

Banyak sudah kasus yang membuktikan bahwa kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga, seringkali membawa kehancuran. Sebut saja kasus yang sempat menghebohkan antara Maria Eva seorang penyanyi dangdut dengan Yahya Zaini, seorang anggota DPR yang berakhir dengan pemecatan Yahya Zaini. Seorang dai kondang Aa Gym yang memilih menikah lagi dengan Teh Rini, yang kemudian membuat bisnis Aa Gym menurun. Seorang penyanyi Mayangsari yang berhasil merebut Bambang Trihatmodjo hingga rumah tangganya hancur berantakan. Dan yang terakhir adalah kasus Antasari yang diduga motif asmara sebagai salah satu pemicunya. Benarkah hanya cinta segitiga?


Narasumber1:
Ida Laksmiwati, Istri Antasari Azhar Ketua KPK Non Aktif
“Sebagai wanita biasa, saya merasa sedih”

Kiprah Antasari selama menjadi ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) memang banyak dielu-elukan orang. Melalui tangan dingin alumni Universitas Sriwijaya ini KPK banyak membongkar kasus-kasus korupsi berskala besar. Tak pelak Antasari dielu-elukan sebagai orang yang menjadi harapan pemberantasan korupsi di negeri ini. Demikian pula di mata keluarganya, Antasari lebih dari sekadar nakhoda.
Belakangan mendadak nama Ida Laksmiwati menjadi bahan perbincangan tatkala Antasari terseret dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang membawa-bawa nama perempuan bernama Rani Juliani yang dianggap sebagai pemicu terjadinya pembunuhan tersebut. Ada cinta terlarang yang melibatkan suaminya. Menanggapi berbagai spekulasi yang beredar di masyarakat, Ida tetap bersikukuh bahwa suaminya tak terlibat dengan segala persoalan yang dituduhkan kepadanya. “Saya sudah kenal dengan bapak puluhan tahun. Saya lebih percaya suami saya,” katanya saat ditemui di sebuah televisi swasta di Jakarta Barat.
Sebagai seorang istri dan manusia biasa, perempuan berambut panjang ini tetap merasa prihatin dan sedih dengan peristiwa yang kini menimpa suaminya. “Saya diminta sabar dan tabah. Selain itu bapak juga minta agar menjaga anak-anak,” tukasnya. Sebelum peristiwa ini terjadi dia mengaku tak memiliki firasat buruk apa pun, semua berjalan normal seperti biasa. Selama ini yang namanya teror baik lewat telepon maupun SMS sudah menjadi makanan Ida sehari-hari. Tatkala suaminya terseret kasus seperti sekarang ini pun, hal seperti itu tak berhenti, malah kian menjadi-jadi. “Hal seperti itu saya terima baik dari anak kecil hingga orang dewasa,” ungkapnya. “Tapi semua itu sudah saya anggap sebagai risiko istri,” tambahnya.
Tatkala disinggung nama Rani Juliani, Ida mengaku tak tahu menahu dengan perempuan tersebut. Dia kembali menegaskan lebih percaya suami daripada kabar yang simpang siur. “Bapak adalah penyayang keluarga. Meski tidak pulang dia selalu memberi kabar,” terangnya. Jika ada waktu luang tetap mnyempatkan diri berkumpul dengan keluarga.
Hal senada juga dikatakan tatkala dirinya keluar dari tahanan narkoba Polda Metro Jaya usai membesuk suaminya. Ida tak merasa kaget tatkala suaminya yang selama ini gagah berani menangkapi para koruptor kali ini malah memakai baju tahanan. “Masih untung pakai baju, daripada nggak sama sekali,” selorohnya. Selain menjalani pemeriksaan, Antasari memilih menghabiskan waktu dengan membaca buku sejarah dan agama. “Kita serahkan saja kasus ini pada para penegak hukum,” tukasnya. Benar kata orang bijak, setiap ada pertarungan yang menjadi korban adalah keluarga. Must, Erni


Narasumber2:
Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran yang Tewas Terbunuh

Sebelum Menikah dengan Nasrudin, Rani adalah Kekasih Antasari

Dugaan adanya cinta segitiga dalam kasus pembunuhan Nasrudin, disebut-sebut menjadi salah satu motifnya. Rani yang diketahui sebagai istri ketiga Nasrudin dari pernikahan sirinya, diduga juga mempunyai hubungan khusus dengan ketua KPK non aktif Antasari Azhar. Bagaimana tanggapan pihak keluarga Nasrudin terhadap munculnya nama Rani Juliani. Dan bagaimanakah hubungan antara Nasrudin dengan Antasari sebenarnya?

Seperti diberitakan sebelumnya, Nasrudin Zulkarnaen (41) direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) ditembak di dalam mobilnya saat perjalanan pulang selesai bermain golf, Sabtu 14 Maret 2009. Semasa hidupnya, Alm. Nasrudin memang hobi bermain golf. Bahkan ia kerap menjuarai berbagai turnamen yang diselenggarakan pihak Padang Golf Modernland, Cikokol Tangerang dimana ia menjadi salah satu membernya. Selain hobi, bermain golf biasa dijadikan Nasrudin sebagai ajang bertemu rekan bisnis. Beberapa kali Nasrudin pun pernah bermain golf bersama Antasari Azhar yang juga merupakan sesama anggota.
Menurut pengacara keluarga, Boyamin Saiman, Nasrudin memang sudah sejak lama berteman dengan Antasari. “Bahkan sejak sebelum Antasari menjadi pejabat negara,” katanya. Lebih lanjut Boyamin menjelaskan, mereka (Nasrudin dan Antasari, red) dilaporkan saling bertukar informasi tentang kasus yang terjadi di PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia, induk perusahaan PRB). Dalam perkembangannya, Nasrudin kecewa karena dalam kasus PT RNI, hanya direktur keuangan perusahaan tersebut yang ditetapkan sebagai tersangka. Hubungan pertemanan yang telah terjalin begitu lama ini akhirnya kandas juga. Pertemanan mereka rusak dan berakhir dengan pembunuhan. Tragisnya, faktor pemicunya adalah cinta segitiga antara Nasrudin, Antasari, dan Rani Juliani (22).
Sebelumnya, Nasrudin tertarik dengan Rani, seorang caddy (pengambil bola atau pembawa stik pemain golf) dari Padang Golf Modernland yang kerap menemaninya bermain golf. Namun, saat itu Rani dikabarkan sudah berhubungan dan menjadi kekasih Antasari. Karena butuh kejelasan, Rani lebih memilih Nasrudin yang mau menikahinya meski secara siri. Perseteruan terus berkembang saat Antasari menjalin hubungan diam-diam kembali dengan Rani yang saat itu statusnya adalah sebagai istri ketiga Nasrudin. Karena merasa dikhianati itulah Nasrudin menjadi marah kepada Antasari. Dia lalu mengancam akan membuka skandal asmara Antasari dengan Rani tersebut ke publik. Ancaman Nasrudin itulah tutur Boyamin, yang membuat Antasari panik hingga dia merasa perlu untuk meminta Nasrudin mengurungkannya jika tidak ingin mendapat masalah.
“Pak Nasrudin diancam untuk tidak membuka skandal tersebut ke publik. Mungkin sebagai pejabat, Antasari khawatir jika skandal itu mencuat akan mencoreng reputasinya atau bahkan dia akan diberhentikan. Karena itulah dia sampai mengancam pak Nasrudin agar tidak dipublikasikan,” kata Boyamin. Namun Boyamin tidak menjelaskan lebih lanjut lagi karena semuanya sudah ditangani polisi, termasuk semua bukti yang didapat dari pihak keluarga.
Ditemui realita di sebuah studio salah satu televisi swasta, Rabu (6/5) malam, Andi Syamsudin adik Alm. Nasrudin tidak mau menjelaskan bagaimana hubungan Nasrudin dan Antasari lebih lanjut. Ia hanya menjelaskan bahwa semua sudah ditangani pihak kepolisian. “Saya nggak mau berkomentar tentang hal itu, lebih baik cek saja ke polisi,” tuturnya singkat. Terkait keterangan data korupsi yang Nasrudin sampaikan ke KPK, Andi juga pernah mendengarnya. Namun ia enggan menjelaskan secara detail kasus apa saja yang dilaporkan. “Semasa hidupnya, ia (Nasrudin, red) pernah bercerita kepada saya tentang hal-hal tersebut. Tapi saya nggak bisa kasih tahu,” lanjutnya singkat. Menurut Andi, dugaan motif cinta segitiga yang mengaitkan Rani Juliani dinilainya sudah kebablasan. Pemberitaan tersebut dianggapnya cuma opini belaka. Bahkan, Andi sendiri tidak pernah mengenal sosok Rani itu seperti apa. “Saya tidak kenal siapa itu Rani. Terlebih saya tidak tahu status dia yang kabarnya sudah dinikah siri Almarhum,” paparnya. Berita yang berkembang saat ini adalah opini liar yang menyesatkan. Menurut Andi, dari pihak keluarga sendiri tidak terlalu menanggapi masalah itu.
Boyamin menambahkan bahwa istri kedua Nasrudin (istri sah Nasrudin karena istri pertamanya sudah dicerai) pernah bertanya kepada Alm. Nasrudin siapa itu Rani. Dan saat itu Rani dikenalkan sebagai anak angkatnya. “Pak Nas menjawab bahwa Rani adalah anak angkatnya,” ungkapnya kepada realita. Suparmin (34), sopir pribadi Nasrudin sejak Januari 2008 yang sedang bersama Nasrudin saat terjadinya penembakan juga mengatakan bahwa Nasrudin mengenalkan Rani kepadanya sebagai anak angkat. “Apalagi di rumah bapak (Nasrudin, red) juga ada anak angkat lainnya bernama Princes. Jadi saya percaya saja,” ujar Suparmin. Saat diperiksa polisi, Suparmin baru tahu kalau Rani dan Nasrudin sebenarnya telah menikah siri pada Juni 2007.
Sejak kematian Nasrudin, diakui Andi, keluarga besar mereka mengalami kesulitan ekonomi. “Kematian Almarhum adalah sebuah kepedihan,” lanjutnya. Sebagai anak ketiga dari sembilan bersaudara, Nasrudin adalah tumpuan perekonomian keluarga dan saudara-saudaranya.
“Soal penangkapan pelaku, kita sudah menduganya sejak lama. Pokoknya kita punya data yang sama dengan kepolisian,” aku Andi. Andi dan pihak keluarga hanya bisa menunggu keterangan dan perkembangan dari pihak kepolisian tentang kelanjutan kasus ini. Erni

Narasumber3:
Rani Juliani, Mantan Caddy

Kini Hidup Senang di Tempat Mewah

Nama Rani Juliani belakangan ini sangat akrab ditelinga kita. Semenjak kasus penembakan Nasrudin yang menyeret ketua KPK, Antasari Azhar, nama gadis cantik ini menjadi buah bibir di seluruh media dan menjadi wacana nasional. Kepergian Rani sekeluarga mengundang banyak tanda tanya. Bahkan di lingkungan sekitarnya. Menurut Neneng, salah satu tetangganya, keluarga Rani bukanlah asli warga Tangerang melainkan pendatang. Kedua orangtua Rani, Endang M. Hasan dan Kuswati berasal dari Banten. “Keluarga Rani pindah dan tinggal di Tangerang dari tahun 1981,” terangnya.
Rani merupakan putri ketiga dari empat bersaudara. Sebelum pensiun, ayahnya bekerja sebagai sopir di PT Tifico Tangerang. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak menentu membuat perempuan kelahiran 1 Juli 1986 itu tergerak untuk bekerja sejak duduk di bangku SMA.
Setelah lulus tahun 2003, Rani mendaftar pramugari atas saran sang ibu. Dengan harapan bisa membantu ekonomi keluarga. Sayangnya saat ikut test, Rani tidak lulus lantaran badannya kegemukan. Sebenarnya Rani ingin kuliah namun orangtuanya tidak punya biaya. Ia pun mengurungkan niatnya. Untuk membantu ekonomi keluarga, Rani pun melamar pekerjaan menjadi caddy (pemungut bola golf) di Padang Golf Modernland, Tangerang sekitar tahun 2005.
Caddy Termahal. Berkat wajahnya yang cantik dan manis, sosok Rani sebagai caddy langsung menyita perhatiaan para pemain golf. Hal ini membuat kecemburuan para caddy yang lain. Saat menjadi caddy, penghasilan resmi yang diterima Rani berkisar Rp 40 ribu, namun tips yang diterima bisa mencapai Rp 200 – 300 ribu sekali main. Pertemuan Rani dengan Zul, panggilan akrab Nasrudin Zulkarnaen, bermula dari lapangan golf. Saat itu Rani menjadi caddy di Padang Golf Modern, Kompleks Modernland, Pinang, Tangerang. Dari pekerjaan inilah Rani mengenal Nasrudin Zulkarnaen, yang sejak tiga tahun lalu menjadi member di Padang Golf Moderland. Di kalangan caddy di Modernland, Rani merupakan primadona di tempat golf tersebut.
Berkat wajahnya yang manis dan pembawaannya yang luwes, ia menjadi caddy favorit, terutama saat para pejabat bermain golf. Sebagian besar pejabat tersebut akan mem-booking Rani sebagai caddy. Padahal tips untuk Rani tidak bisa dibilang murah. Untuk sekali putaran, setiap pegolf harus merogoh kocek Rp 1 juta hingga Rp 3 juta rupiah. “Rani itu bisa dibilang caddy termahal,” ujar teman seprofesinya sebut saja Ita, bukan nama sebenarnya. Tugas Rani sebagai caddy adalah memandu golf di lapangan. Profesi menjadi caddy ini dilakoni oleh putri pasangan Endang M Hasan dan Kuswati ini selama dua tahun. Lalu ia berpindah ke bagian marketing.
Namun pada tahun 2006 Rani berhenti bekerja di Padang Golf. Rani yang juga memiliki nama samaran Tika ini kemudian dinikahi oleh Zul. Karena itu Rani kerap menjadi musuh di kalangan caddy. Meski tidak ditunjukkan secara real, para temannya tetap menjaga profesionalisme dalam bekerja. Setiap mendapatkan uang banyak atau pun sedikit, Rani selalu bilang kepada orangtuanya. Dari pekerjaan itulah, Rani bisa membantu keluarganya. “Karena kakak-kakaknya sudah pada pisah dan tinggal sendiri-sendiri,” aku Neneng sang tetangga rumah.
Dari pihak manajemen golf tidak melarang caddy-nya mendapatkan tips. “Pendapatan kita yang besar memang di tips,” terang Ita. Ada rumor bahwa caddy bisa di-booking, Ita hanya bisa menjawab bahwa semuanya itu bisa terjadi apabila ada kesepakatan di antara keduanya. “Itu tergantung orangnya masing-masing. Biasanya kalau sudah di luar jam kerja sih urusannya lain,” tambahnya. Untuk Rani, kemungkinan dia pandai mendekatkan diri pada para player (sebutan pemain golf, red) atau pandai membuat senang para player. Jadi jangan heran apabila Rani bisa dekat dengan para petinggi-petinggi tersebut. “Kalau sudah di lapangan sih, pinter-pinteran kita saja biar dapat tips banyak,” imbuhnya. Dengan seringnya Rani diminta untuk menjadi caddy-nya Nasrudin, selama itulah mereka melakukan pendekatan dan saling mengenal lebih jauh.
Nikah Siri. Hubungan Rani dan Nasrudin akhirnya makin akrab hingga keduanya dikabarkan menikah siri sejak berkenalan di lapangan golf tersebut. “Para tetangganya sempat dikabari ibunya, bahwa Rani telah menikah secara siri dengan seorang pilot,” ujar Neneng. Para tetangga mengenal sosok suami Rani dengan nama Zul bukan Nasrudin. Anehnya, usai menikah, Rani tetap tinggal di rumah keluarganya. Sedangkan Nasrudin hanya datang rata-rata 3 kali seminggu. Itu pun tidak menginap. “Om Zul nggak pernah nginap di rumah Rani, dia kalau datang ke rumah Rani hanya untuk jemput saja tapi tidak tahu nginapnya di mana. Bahkan dulu waktu selesai resepsi pernikahan, dia langsung pergi. Bilangnya sih mau terbang,” tambah Neneng.
Saat Rani menikah dengan Nasrudin, menurut Neneng tidak banyak orang yang diundang. “Kalau nggak salah dengar cuma 20 orang saja. Salah satunya pak RW setempat,” katanya. Yang diundang hanya tetangga samping rumahnya saja, bahkan ketua RT-nya saja tidak diundang. Dari pihak Nasrudin sendiri tidak ada satu pun keluarga maupun koleganya yang datang. Nasrudin hanya datang seorang diri.
Saat melangsungkan penikahan, Nasrudin memberikan mas kawin berupa seperangkat alat shalat dan uang tunai sebesar Rp 7 juta. “Mas kawinnya hanya itu,” ujar Parno Sonjaya, saksi pernikahan siri itu. Menurut Parno, akad nikah dilakukan pukul 8.00 pagi dan bapaknya Rani yang langsung menikahkan.
Sebagai suami, Nasrudin benar-benar memanjakan istri sirinya ini. Setelah menikah, Rani tidak boleh bekerja sebagai caddy dan memberinya pekerjaan di salah satu perusahaan milik Nasrudin dengan posisi manager. Sayang, tidak lama dan Rani memutuskan untuk berhenti. Rani lantas melanjutkan kuliah atas biaya Nasrudin di Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer Rahardja, Cikokol, Tangerang. Namun juga tidak lama. Baru satu semester, Rani sudah tidak pernah terlihat lagi di kampus. Rani juga tidak terlalu akrab bergaul dan tidak ada satu pun temannya yang diberikan nomor HP. Teman-temannya hanya tahu, Rani anak orang kaya karena selalu diantar sopir pulang-pergi kampus.
Sebelum menikah dengan Nasrudin menurut Neneng, keluarga Rani tergolong biasa-biasa saja namun kehidupan keluarga Rani berubah drastis setelah Rani menikah dengan Nasrudin. “Sejak menikah dengan Nasrudin gaya hidup ibunya berubah seperti pakai pakaian yang bagus dan Rani sering gonta ganti handphone,” ungkap Neneng lagi.
Rani dikenal di lingkungannya sebagai anak yang kuper (kurang pergaulan), hampir tidak ada teman seusianya baik teman pria maupun wanita yang bergaul dengannya. “Rani itu tidak pernah bergaul sama anak-anak sini, kebanyakan teman-temannya dari luar daerah sini,” tambah Een.
Tinggal Nomaden di Apartemen. Sejak kasus kematian Nasrudin mencuat, tiba-tiba saja Rani dan kedua orangtuanya hilang tak berjejak. Begitupula dengan Erwin dan Eeng, kakak Rani yang tinggal tak jauh dari rumah Rani. Sampai saat ini keberadaan Rani dan keluarganya masih simpang suir, ada yang bilang diamankan oleh polisi di sebuah aparteman dan ada pula yang bilang Rani sembunyi di rumah kakeknya di Serang. Menghilangnya Rani dan keluarga diduga kuat terkait dengan tewasnya Nasrudin.
Terbunuhnya Nasrudin bagi tetangga Rani tentu merupakan berita yang sangat mengejutkan. Pasalnya, wajah Nasrudin yang diberitakan di media sangat familiar terutama di kalangan warga dan tetangga. Mereka pun mengetahui sosok Nasrudin hanya sebagai seorang pilot. “Saya benar-benar kaget kalau om Zul itu ternyata Nasrudin seorang direktur,” ungkap Neneng.
Lanjut Neneng, Rani sekeluarga meninggalkan rumah sejak Senin 16 Maret 2009 malam. “Selasa pagi rumah Rani sudah kosong. Nggak ada pesan apa-apa,” ujarnya. Sementara itu, Rani telah lebih dulu meninggalkan rumah. Sejak itulah rumah tersebut tanpa penghuni hingga sekarang. Tambah Neneng, sebelum mereka pergi, ada segerombolan pria dengan dua buah mobil datang dan membawa mereka. “Nggak tahu itu siapa,” ucapnya singkat.
Namun selang seminggu, Neneng mendapat kabar dari kakaknya Rani bahwa Rani dalam keadaan sehat dan senang. Begitu juga dengan kedua orangtuanya. Rani tinggal di sebuah ruangan yang mewah bak hotel atau apartemen. “Saya dikasih tahu rekaman video yang isinya ruangan mewah dan ada Rani sedang makan sambil tertawa-tawa. Kelihatannya senang banget tuh anak. Terus ke mana-mana Rani selalu dikawal 7 orang berbadan tegap,” paparnya.
Keberadaan Rani sekeluarga memang hanya pihak kepolisian saja yang mengetahuinya. Rani selalu berpindah-pindah tempat tinggal apabila sudah tercium keberadaannya. Hingga sekarang Rani masih dalam pencarian wartawan bukan kepolisian. Ardi, Doel

Side Bar:
Pendapatan yang Minim Memunculkan Caddy Plus
Santernya pemberitaan kasus penembakan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen beberapa hari terakhir ini yang menyeret nama Rani Juliani mantan caddy di Padang Golf Modern, Kompleks Modernland, Pinang, Tangerang membuat profesi caddy ini mendapat stigma miring. Seperti apakah profesi caddy, hingga profesi itu menjadi tercemar namanya?
Dalam olah raga golf keberadaan seorang caddy memang sangatlah penting. Semula, profesi caddy hanya dijalani oleh pria. Caddy bertugas antara lain membawa peralatan golf, mengemudikan mobil golf, mencari posisi jatuhnya bola, melindungi pegolf dari terik matahari dengan menggunakan payung. Dan kadangkala, bagi caddy yang memiliki jam terbang tinggi juga mampu memberikan pelatihan kepada pemain golf pemula. Guna memberikan servis yang baik, maka untuk menjadi seorang caddy diperlukan fisik yang kuat. Karena harus membawa peralatan golf yang berat di bawah terik matahari atau hujan, sambil berjalan kaki.
Seiring dengan perkembangan zaman dan trik marketing, sekarang kebanyakan caddy adalah wanita, sebab wanita dianggap lebih luwes menangani klien dan komplain. Selain juga untuk menarik minat pegolf agar datang kembali. Alasan lain, saat ini persaingan bisnis antar klub-klub golf makin ketat sehingga pihak pengelola klub golf berlomba-lomba menggaet para pengunjung golf (golfer) dengan berbagai kiat bisnis. Seperti fitness center, lapangan tenis, sauna, lounge areas, dinning room, kolam renang, meeting room, dan lain sebagainya.
Di antara fasilitas pendukung tersebut, tak dapat dipungkiri kehadiran para caddy wanita di lapangan golf (golf court) yang dipekerjakan oleh para pengelola golf court menjadi ujung tombak untuk menggaet para golfer agar menjadi membership tetap di klub golf. Seorang caddy itu ibarat bunga berjalan. Mereka harus terus terlihat cantik dan menawan meski kerja di lapangan golf. Karena itu, banyak pengelola klub golf menyulap penampilan para caddy-nya menjadi menarik hingga seksi. Namun tidak semua caddy berpakaian seksi, ada juga pengelola golf court yang tidak mewajibkan para caddy berpakaian minim. “Yang penting terlihat enerjik, ceria, dan atraktif,” ujar salah satu pengelola golf court di Jakarta.
Meski demikian banyak fakta ditemukan caddy plus. Salah seorang sumber realita menyebut istilah hole 19, yaitu caddy yang dapat menemani tamu sehabis bermain golf. “Selain memayungi para pemain, kami juga kerap ngobrol dan bercanda dengan mereka. Pokoknya men-servislah. Dari ngobrol dan bercanda itulah, kadang-kadang timbul rasa saling suka antara pemain dan caddy-nya. Setelah itu, lanjutnya, biasanya para pegolf yang umumnya orang-orang berduit itu mulai saling tukar nomor handphone. “Sudah itu, ya biasanya janjian,” ungkapnya. Hal yang demikian di kalangan caddy sudah menjadi rahasia umum. “Kalau ada yang jadi wanita simpanan itu bukan rahasia lagi, tapi tidak semua caddy bisa diajak untuk kencan,” tambahnya singkat.
Masih menurut sumber realita, menjadi seorang caddy tidaklah ringan. Sebab untuk menuntaskan 18 hole, berjalan kaki. Jauhnya kira-kira setara dengan tujuh sampai dengan delapan kilometer sedangkan penghasilan yang diterima tidaklah sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Minimnya uang yang diterima kadang membuat sebagian caddy bersikap lembut dan kadang menggoda para pemain untuk mendapatkan uang tips. “Kalau jadi caddy itu dibayar berdasarkan komisi. Jadi kalau hari ini nggak masuk ya nggak dapat duit. Penghasilan tambahan para caddy hanya dari uang tips setiap pemain golf,” ujarnya.
Olahraga golf termasuk olahraga yang mahal, maka tak heran kebanyakan para penghobi olahraga ini kebanyakan pengusaha dan para pejabat negara. Sebagai contoh, seorang pengunjung golf pada hari biasa dikenakan biaya Rp 200.000 - Rp 300.000, dan pada akhir pekan Rp 600-700 ribu sekali main untuk 18 holes. Sementara itu biaya individual membership mulai dari Rp 35 - 150 juta per tahun.
Angka nominal tersebut tidak sebanding dengan apa yang caddy dapatkan. Jangan heran apabila ada beberapa orang caddy yang mulai merangkap menjadi caddy plus. “Kalau dari pendapatan resmi ya pasti kurang dan nggak sebanding. Makanya ada beberapa orang caddy yang bisa plus. Tapi nggak semua, tergantung dari merekanya masing-masing,” ungkapnya. Ardi, Doel

3 komentar:

dini mengatakan...

Mantabss Broo...lanjutin terus berkarya

Regita jung mengatakan...

Coba kl caddy di gaji bener pasti plus2 nya menurun
Anak msh unyu2 udah jualan daging hadeuh yaaa..edan

Regita jung mengatakan...

Coba kl caddy di gaji bener pasti plus2 nya menurun
Anak msh unyu2 udah jualan daging hadeuh yaaa..edan