Kamis, 18 Desember 2008

Dwi Ryanta Soerbakti, MBA.

Dwi Ryanta Soerbakti, MBA., Managing Director Lorena Group

Memilih Untuk Memberikan Kail Bagi Masyarakat Tidak Mampu

Sukses mengantarkan Lorena Group sebagai salah satu perusahaan transportasi terbesar di Indonesia, ternyata tidak membuat Dwi Ryanta Soerbakti lupa diri. Ia justru memiliki kepedulian sosial terhadap nasib masyarakat yang kurang mampu. Melalui perusahaan keluarga yang dibesarkannya itulah, Ryanta (sapaannya, red) kerap memberikan kail kepada orang yang tidak mampu sebagai sarana untuk memberdayakan ekonomi lemah. Seperti apa bentuk kepedulian sosial ayah dari dua anak ini?

Seperti hari-hari di penghujung Minggu pada biasanya, situasi jalan raya di Ibukota tak begitu ramai. Begitulah situasi yang tampak saat Realita menyusuri jalan di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Sabtu (22/11). Awan mendung yang menggelayuti langit Ibukota membuat hawa siang itu tak terlalu panas. Namun, situasi jalan yang sepi tampak kontras saat Realita menginjakkan kaki di halaman sebuah Pool bus yang terletak di Jl R.A Kartini No. 16, Jakarta Selatan. Lorena, begitulah tulisan yang terdapat di plang di depan pool bus tersebut. Halaman pool yang cukup luas itu diisi oleh beberapa buah bus yang datang silih berganti. Ya, siang itu, Realita memang akan bertemu dengan sang Managing Director Lorena Group, Dwi Ryanta Soerbakti.

Seorang wanita muda berparas cantik langsung menyambut kedatangan Realita. “Hallo dari Realita ya? Silakan masuk. Tapi tunggu sebentar ya, saya panggilin dulu bapaknya,” ujarnya ramah sambil menjabat tangan Realita. Wanita yang tak lain adalah Rima Lesmanawati, sekretaris sang Managing Director tersebut mengajak masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup nyaman. Rima pun langsung memperkenalkan Realita dengan sang Managing Director, Dwi Ryanta Soerbakti.

Ryanta, begitu ia kerap disapa, adalah lelaki muda yang tampak selalu bersemangat dan sosok yang sangat menyenangkan. Tak jarang, beberapa kali obrolan kami harus terhenti karena gelak tawa. Meski duduk sebagai salah satu pejabat penting di Lorena Group, namun penampilan Ryanta jauh dari kesan formal. Ia hanya mengenakan kaos berwarna hitam dengan celana panjang warna senada. Meski masih berusia 36 tahun, namun prestasi yang dihasilkannya tak dapat dipandang sebelah mata.

Generasi Kedua. Ryanta terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan GT. Soerbakti dan Kariany K. Sembiring. Ayahnya adalah seorang perwira di Angkatan Darat. Sebagai anak seorang tentara, Ryanta selalu hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tugas sang ayah. Dari situlah Ryanta belajar bagaimana beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang selalu berubah-ubah. ”Dengan seringnya berpindah-pindah saya jadi cepat belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru,” ujarnya mengurai senyum. Ryanta sendiri merupakan anak laki-laki satu-satunya. Namun sebagai anak laki-laki satu-satunya tidak lantas membuat orang tua Ryanta memberikan fasilitas lebih ataupun memanjakannya. ”Bagi orang tua saya, kedisiplinan itu merupakan nomor satu, jadi meski sebagai anak laki-laki satu-satunya saya tidak pernah dimanja,” akunya. Berkat nilai-nilai disiplin yang ditanamkan sejak kecil, kini Ryanta tumbuh menjadi sosok yang ulet dan mandiri.

Pria kelahiran Jakarta, 29 Oktober 1972 ini menamatkan pendidikan SD hingga SMU-nya di Jakarta. Sejak sekolah Ryanta sudah menunjukkan jiwa kepemimpinan di antara teman-temannya. Setelah menamatkan SMAK Tirta Marta tahun 1991, ia melanjutkan pendidikan S1-nya ke Amerika Serikat di Universitas Dayton, Ohio, mengambil jurusan Science in Business Administration. Setelah menyelesaikan S1, ia meneruskan S2 di Cleveland State University, Ohio, USA. Ryanta memang tergolong anak yang cerdas. Selama kuliah baik S1 maupun S2, IPK-nya selalu 3,5 sehingga ia bisa menyelesaikan pendidikan S2 pada umur 23 tahun.

Setelah menyelesaikan S2 tahun 1997 Ryanta tidak langsung bergabung dengan Lorena Group, perusahaan milik ayahnya namun ia bekerja di perusahaan asing sebagai Konsultan Finansial tahun 1998-2000. ”Saya mulai bekerja dari bawah sebagai junior consultan, jadi saya merasakan bagaimana sebagai bawahan dan itu merupakan pelajaran paling baik yang saya rasakan. Dan bagaimana saya bisa menjadi seorang pimpinan yang baik saat ini misalnya karena saya pernah merasakan bagaimana rasanya jadi anak buah,” ujar mantan Ketua Kompartemen Hubungan dan Kerjasama Internasional DPP Organda (Organisasi Pengusaha Angkutan Jalan Raya). Orang tua Ryanta memang mempunyai prinsip untuk tidak memperbolehkan anak-anaknya langsung bergabung dengan bisnis keluarga.

Selama bekerja di perusahaan asing, banyak sekali pengalaman yang Ryanta peroleh yang tidak didapatinya di bangku kuliah. Pengalaman itu pula yang ia terapkan dalam memimpin Lorena Group. Setelah tiga tahun bekerja dengan orang lain, barulah Ryanta diajak bergabung di perusahaan milik orang tuanya. Meski ia bekerja di perusahaan orang tuanya, tidak lantas langsung menjadi seorang direktur. Ia justru memulai karirnya dari bawah sebagai Manager Internal Audit, kemudian karirnya terus merangkak naik sebagai VP and GM Finance and Admin Lorena Group (2002- 2004), Vice President Lorena Group (2004-2007) hingga menjadi Managing Director Lorena Group. ”Setelah tujuh tahun bekerja, baru saya dipercaya sebagai Managing Director. Orang tua saya mengajarkan segala sesuatu itu tidak ada yang diperoleh dengan gratis semuanya harus diperoleh dengan kerja keras dan disiplin. Jadi karir saya menanjak di Lorena Group ini karena kerja keras bukan karena orang tua,” ujarnya berbangga. Ryanta pun berhasil membuktikan prestasinya di perusahaan keluarga dengan kerja keras sehingga tidak ada yang menganggap dirinya sebagai orang karbitan.

Ryanta merupakan generasi ke-dua di Lorena Group. Menurutnya, pada awal Lorena dirintis sang ayah pada tanggal 9 September 1970 hanya berawal dari 2 unit bus yang melayani rute Jakarta-Bogor. Nama Lorena sendiri diambil dari nama sang kakak yaitu Eka Sari Lorena br Soerbakti. Lorena berarti arah atau jalan yang baik. Rupanya nama kakaknya itu membawa hoki. Bus yang diberi nama Lorena cepat diterima dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Dan seiring dengan perjalanan waktu, berkat kerja keras dan ketekunan ayahnya dalam merintis usaha, Lorena pun terus berkembang dari yang tadinya melayani rute Jakarta-Bogor kini melayani jalur antar kota dan antar provinsi.

Tidak hanya itu, setelah masuk generasi kedua, Lorena juga mengekspansi usahanya di luar usaha transportasi seperti perkebunan kelapa sawit, sekuritas, properti, SPBU, kurir, logistik, dan sekarang juga sedang merintis Lorena Air. Semua bidang usaha itu bernaung di bawah payung PT Lorena Karina sebagai holding company.

Kesuksesan Lorena Group dalam berbisnis diakui Ryanta karena membuat bisnis model atau cetak biru yang bersifat, high risk (berisiko tinggi), medium risk (risiko sedang), dan low risk (risiko rendah). Seperti di-high risk ada namanya Karina Transport, Lorena Transport, dan Lorena Air, semua adalah berisiko tinggi. Lalu dibawahnya di-back up lagi dengan Sari Lorena seperti rental dan busway. Sedangkan yang low risk adalah dengan membuka perkebunan kelapa sawit dan SPBU. ”Dalam berbisnis, Lorena Group selalu mengikuti patron seperti itu. Jadi kalau terjadi sesuatu, ada yang mem-back up,” terangnya.

Memberi Kail. Keberhasilan Lorena Group dalam membangun unit usaha bisnisnya tidak lantas melupakan orang-orang di sekelilingnya. Kesuksesan yang diraih saat ini selain kerja keras Tim Lorena juga karena dukungan banyak pihak termasuk orang-orang di sekitar cabang Lorena. Makanya Ryanta selalu berbagi dengan cara menerapkan kebijakan di setiap cabang Lorena minimal 2 persen SDM-nya berasal dari penduduk lokal. ”Sistem ini kami lakukan sejak tahun 80-an. Hal ini kami lakukan agar roda ekonomi di sekitar cabang kami juga ikut tumbuh. Jangan sampai perusahaan kami maju tapi penduduk sekitar kiri kanan tidak merasakan efeknya dengan keberadaan kami di daerah tersebut,” ujar bapak dari Dante Rebuena Toman Soerbakti dan Chloe Rejilena Sofie br Soerbakti ini.

Bagi Ryanta, berbagi dengan memberikan kail seperti lapangan pekerjaan itu lebih baik daripada memberikan ikan seperti sembako misalnya. Sebab dengan memberikan kail, masyarakat bisa mengembangkan roda perekonomiannya sehingga tidak mempunyai ketergantungan kepada orang lain. ”Jika kita memberikan kail atau pancing, diharapkan mereka bisa mandiri dan tidak terbiasa menerima bantuan orang lain,” tegasnya. Kebanyakan di Indonesia, orang memberikan bantuan dengan memberikan barang atau sembako. Padahal pemberian bantuan tersebut tidak efektif, malah justru masyarakat akan mempunyai mental peminta-minta. Meski demikian bukan berarti Lorena tidak pernah memberikan bantuan sosial kepada masyarakat. Lorena Group tetap memberikan bantuan sosial namun pada hari-hari tertentu saja seperti hari raya Idul Adha. Baik di kantor pusat maupun cabang, Lorena selalu memberikan kurban kepada penduduk sekitar. Begitu pula saat Idul fitri dan Natal, Lorena memberikan bantuan kepada orang-orang yang tidak mampu. Bantuannya sendiri bisa berbentuk barang dan juga uang untuk pembangunan masyarakat.

Tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan dan memberikan santunan kepada orang-orang yang tidak mampu, Lorena Group juga memberikan bantuan secara rutin kepada Sekolah-sekolah Dasar Negeri yang kondisinya memprihatinkan di setiap cabang. Sedangkan bentuk bantuannya sendiri berupa pembuatan perpustakaan, pembuatan kelas-kelas baru, dan kegiatan ekstrakurikuler. ”Kalau sekolah fasilitasnya lebih baik, maka sekolah bisa memberikan kualitas yang lebih baik kepada siswanya. Ujung-ujungnya adalah kualitas dari SDM kita juga akan meningkat,” jelasnya.

Kepedulian Ryanta dalam dunia pendidikan dikarenakan bagi Ryanta pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dalam membangun kehidupan. Baginya, maju mundurnya sebuah bangsa bisa diukur dari tingkat pendidikan di negaranya. Kalau kualitas pendidikan di suatu negara tinggi maka bisa dipastikan negara tersebut maju. Begitu pula sebaliknya. Orang tua Ryanta sendiri juga sangat menekankan arti pentingnya sebuah pendidikan. Tak heran kalau Ryanta dan saudara-saudaranya bisa kuliah sampai ke luar negeri. Ryanta juga berharap kelak anak-anaknya ketika sudah besar bisa kuliah di luar negeri.

Suami dari Vera br Lumban Tobing ini berharap dengan pemberian bantuan ke sekolah-sekolah dan pemberian lapangan pekerjaan, semata-mata agar masyarakat mempunyai kemandirian ekonomi sehingga bangsa ini cepat keluar dari krisis yang berkepanjangan. Kepedulian Ryanta dengan kegiatan sosial tidak lepas dari contoh dan ajaran sang ibu. Ibunya merupakan anggota Majlis Gereja dan sudah 18 tahun aktif di kegiatan sosial. Ryanta juga sangat percaya segala kebaikan yang ditanam maka Tuhan akan melihat dan memberikan balasan kepada kita. Doel


Tidak ada komentar: